Entah apa yang membuat tempat ini begitu menjadi magnet bagi pengunjungnya. Mereka rela jauh-jauh datang, lalu sujud berdoa dan tidak lupa mengambil air di bawah pohon sono yang terletak tepat di pinggir sungai. Tempat ini menjadi begitu penuh aura spiritual saat lantunan doa dan pujian dilantunkan. Semua bersimpuh dan berserah untuk menaikan untaian permohonan di depan patung bunda Maria. Inilah mata air di bawah pohon Sono, yang dikenal dengan sedang sono.
Goa Maria Sendang Sono Terletak di desa Banjaroya, kecamatan Kalibawang, Kab. Kulonprogo-DIY. Jalan menanjak dan berliku sejauh hampir 10km dari pertigaan jalan yang menghubungkan magelang dan kulonprogo. Hampir saja kendaraan yang saya tumpangi terserempet minibus yang baru saja turun, karena jalan yang sempit, menurun, dan menikung. Sisi kanan jalan yang kami lewati terlihat sosok raksasa yang sedang tertidur pulas, dialah perbukitan menoreh.

Sebuah pintu gerbang menyambut kami dengan tatanan pagar dengan persepektif yang menarik. Tata ruang yang bagus untuk tempat peribadahan, dan tidak salah inilah mahakarya seniman bangunan yang kondang, yaitu Romo Mangun. Saya berkalan pelan di sela-sela umat yang sedang mengikuti prosesi jalan salib. Ada mereka yang berhenti sesaat, ada juga yang berhenti cukup lama, bahkan ada yang bersujud berdoa. Guratan lukisan yang menggambarkan prosesi penyaliban Yesus tergambar dengan jelas dan bisa mendongakan emosi jika benar-benar merenungi.
Saya tertarik dengan jajaran kran-kran air yang terletak di bawah pohon sono. Inilah yang menjadikan tempat ini dinamakan sendang sono. Cikal bakal tempat ziarah ini memiliki ceritan yang panjang sebelum menjadi bangunan yang megah ini. Sejarah masa lalu yang menggambarkan betapa sakralnya tempat ini, sehingga menjadi tempat yang dianggap memiliki kekuatan spiritual.

Dahulu mata air ini menjadi tempat peristirahatan para bikhu yang hendak menuju daerah boro, yakni di selatam sendang sono. Tanggal 20 mei 1904 datanglah pastur Van Lith dan membaptis warga Kalibawang di tempat ini. Tempat ini menjadi tempat pelayanan Barnabas Sarikromo yang diangkat menjadi katekis pertama. Dia adalah sahabat pastur Van Lith yang dulunya menderita sebuah penyakit dan datang pada pastur Van Lith. Keajaiban terjadi saat penyakitnya sembuh dan dia mengabdikan diri sepenuhnya pada pelayanan.
Tidak hanya umat kristiani saja yang datang ditempat ini. Mata air sendang sono menjadi milik siapa saja yang membutuhkan. Ada yang mengambil airnya untuk dibawa pulang dengan beragam kepentingan. Kran-kran air sudah tersedia dan memudahkan pengunjung untuk mengambilnya.

Rasa hening dan teduh benar-benar terasa di Sendang sono. Setiap sudut ada saja yang menempati untuk sesaat menemukan kedamaian hati. Ada yang tetap bersimpuh di depan patung bunda maria, dengan iman yang terus menyala. Saya pun terdiam sambil hati ini berucap akan sebuah doa. Tak hanya berdoa, namun saya benar-benar terlena dengan tempat yang damai ini, tak salah jika anda ingin berkunjung sesaat untuk menepi dan menyepi.
Yang saya ingat dari Sendang Sono adalah spanduk besar mie instan yang bertuliskan “Tuhan itu Baik kepada Semua”
Entah masih ada atau tidak itu spanduk.
wahahaha… hubungannya apa ya mie ama Tuhan…?
Wah, kurang paham saya Mas. Tapi makanan dekat Sendang Sono itu yang maknyus bukan mie instan, tapi Nila Duri Lunak yang deket dari pertigaan jalan raya belokan ke Sendang Sono itu.
ahay iya.. plus,,, duren menoreh yah..?
wah kalau yang satu itu saya ngicip aja deh dikit, nggak kuat baunya klo banyak2, hahaha
hahaha… sama..
Beautiful!
makasih,,,
Wah kayanya cukup banyak yang berubah sejak terakhir kali aku kesana
oh ya Om..?
Lihat-lihat foto di atas itu memang kelihatan hening sekali, apalagi kalau bisa bertandang pagi-pagi hari ya mas š
Benar sekali Mba….
wehhh aku tau tekan kono mas apik emang…adoh tapi ya…heheheh
nitip warung hahahaha….
http://www.victoriousgadget.blogspot.com/
http://victoriousbikers.blogspot.com/
syap mas Vict… mantep kan..?
Emang waktu paling tepat buat ke Sendangsono itu justru di luar bulan Maria (Mei-Oktober).
Suasananya jauh lebih sepi n hening. Apalagi klo dateng pagi pas weekdays. Bakal banyak ketemu sama pemandangan sosial warga setempat di deket gua. Mulai dari anak sekolah sampe pencari kayu bakar…:)
Saya coba… Om..