Pestanya Belum Usai

Rinai hujan menyambut anak-anak baru UKSW angkatan 2022. Setalah 2 tahun absen pargelaran pertunjukan jalanan, sepertinya kali ini akan jor-joran, begitu ekspektasi kami berlima saat menghadang di tengah jalan. Seperti biasa kami hendak memotret pagelaran ini saban tahun, namun kami harus menyingkir lebih awal karena kuasa panitia.





Harapan kami sepertinya di-acc semesta, bagaimana tidak memotret dari sisi timur menjelang sore ada tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, pancaran matahari masih terlalu kuat untuk bisa memotret wajah rupawan gita pati atau peserta lainnya. Kami berharap, berawanlah agar cahaya dilangit ini merata seperti soft box lamp. Namun keiinginan kami kebablasan, karena berubah menjadi mendung, rinai, gerimis, dan hujan lebat.

Kami yang tau diri, diusir sejak awal, menepi dan menyingkir. Ternyata enak menjadi penonton, daripada sok-sokan jadi fotografer, Kamipun menikmati wajah-wajah yang semula ceria, perlahan berubah rona gegara perubahan cuaca. Pemulas-pemulah wajah yang perlahan memudar karena laruh dalam air hujan menampakan wajah asli, terlebih raut wajah ketakutan jika bulu mata hiasan ini ikut terlepas.

Para penghantar yang semula gempita menjadi diam, sejuta cerita. Apapun yang bisa dipegang, akan dipindah ke atas kepala. Konon ceritanya, air hujan bisa membuat pusing kepala. Bendera, kardus air mineral, bahkan plastik usang di tepi jalan pun di pungut untuk melindungi gawai pintar mereka. Sudah bubarkan pestanya? Belum usai.

Saya masih melihat api semangat di sela-sela meraka pasrah akan kehendak alam. Lensa 70-200 mm saya terus mencari sesuatu yang manarik, kata orang sekarang namanya good looking. Dapatlah sosok wajah dan saya coba ikut pergerakannya. Memang benar, good lookingmu menyelamatkanmu. Entah benar atau tidak, memang di jalanan sembua bisa berubah.\

Riuh dan kelindannya peserta pawai dan penonton, masih ada yang juga yang kesepian di tengah keramaian. Saban pagi saya melihat sesosok nenek yang menjajakan buah pisang dan sapu lidi, dan kali ini mencoba mengadu nasib di perhelatan ini. Apa daya, alam ini kadang tidak begitu bersahabat. Tubuh renta dan badan yang sudah bungkuk, nampak tergopoh menyelamatkan dagangannya. Bersyukur saya, melihat anak-anak muda yang mulia hatinya. Mereka orang-orang biasa, tetapi memiliki moralitas yang luar biasa, orang tuamu pasti bangga. Dan merekalah yang menutup pesti ini dengan empati tanpa publikasi. Salut buat kalian kawan dan selamat datang anak-anak baru, mari kita belakar dengan gembira karena kuliah ada pesta akademis.

One thought on “Pestanya Belum Usai

Leave a comment