“HaPe yang penting bisa SMS dan Telpon”
“Kamera pokoe bisa njepret beres dah”
“Televisi yang penting bisa keluar gambarnya dulu”
Tentu bukan hal yang asing bagi kita bahkan saya sering melontarkan kalimat tersebut tanpa menyadari ada fitur-fitur canggih dibalik benda elektronik tersebut. Sangat sayang memiliki ponsel pintar ala Black Berry hanya sebatas SMS, Telpon dan Berfoto, tetapi jika jatuh ditangan orang yang kreatif bisa menjadi minikomputer dan mbobol ATM. Lebih mengecewakan lagi apabila memiliki kamera DSLR, tetapi masih menggunakan mode Auto, padahal banyak senjata sakti dibalik tampilan yang rumit dan banyak tombol “yang penting jepret”. Masih banyak lagi contoh kekurang pintaran yang bisa menyingkirkan senjata-senjata menarik tersebut.
Nah akhir-akhir ini saya sedikit risau dan bertanya-tanya kenapa acapkali muncul pertanyaan
“wah foto dimana itu..?”
“bangunan apa itu ya..?”
“ini di ambil kapan kah..?”
“pake kamera apa ini..?”
“lensa berapa mm ini..?”
“pake software apa aja..?”
Sebuah pertanyaan pintar menurut orang lain tetapi sebuah tamparan bagi saya dan terasa bodoh diri ini, kenapa mesti muncul pertanyaan seperti itu. Ada apa dengan pertanyaan tersebut dan kenapa muncul. Apakah saya tidak sanggup memberikan pengantar, pendahuluan atau informasi, atau semua itu terlewatkan dan langsung menuju bab demi bab?.
Sebuah pertanyaan dan sebuah kewajiban untuk menjawab, tetapi ironis sekali saat melongok di pembukaan di kata pengantar (preambule) dan beberapa baris kalimay dibawah.
Lokasi;xxxxxxxx
Gear;xxxxxxxx
Nah tak jauh beda dengan sebuah pernyataan mengenai “HaPe asal bisa SMS, telpon dan Kamera asal bisa jepret”. Keengganan untuk membaca kata pengantar dan buku petunjuk seolah menampilkan sisi ketidaktahuan padahal ada jawaban terpampang di atas. Sungguh ironis bukan? mau di jawab kok sudah ada jawabannya diatas, didiamkan kok berkesan tak ada respon, di jawab seolah mengulangi kata pengantar.
Bukan masalah enggan atau ogah-ogahan menjawab pertanyaan tersebut, tetapi sebagai bahan pelajaran untuk lebih teliti dan cermat untuk membuat pertanyaan dan betul-betul pertanyaan pintar, bukan pertanyaan yang menunjukan ketidaktahuan didalam sebuah jawaban, apalagi sekedar basa-basi.
Kalao ada pertanyaan….
“Jam berapa Mas… sekarang” (sambil sms)
Timbul jawaban
“masih seperti kemarin kok, kalo gak percaya cek aja di ponsel”
Salam
DhaVe
Meja Kantor, 28 Januari 2010, 10:30
lagi ntes sadar dari semaput sekian menit yang lalu…
mbakyu itu aku 😦
isine barisan sakit hati tukang poto iki…curhatan gear dan gear…
fiewh….. kena lagi nihdua suhu tupot nyuruh2 bacabaca dan baca
nah tambah lagi yang ngaku hehehe 😀
1…………..2……………3…………….Kabuuur…..! gak ikutaaaann…. !
jawaban yang singkat padat dan jelaskenapa harus bertanya yah???? hehehehe
mo tanya pak, itu foto HS nya foto dimana??? huehehehehe
yup, kadang yang terpikir pertama kali oleh orang saat berbicara adlah spontan..tak menyadari bahwa jawaban ada di sekitar kita..kok dadi serius sih/?? :p
pakai ngomel2 juga yak karena saking ndableknya hahahaha
ojo banter2 yen wis ngerti ndablekmengko jurus ngeyel metu meneh 😦
melu ngintiil… mlayu bareng..bareng
nah itulah inti jawabannya… kenapa musti tanya?
perlukah saya jawab hihi… jadi malu wehehehe….
bener Mbah… itulah yang terjadi…mau gemana lagi.. budaya kalii ya?
ya toh… di awali dulu dengan membaca sebelum motretmbaca metering
nungkak juga Om..walon-alon dan pake perasaan…
wis ngeyel gak mudengan…wah ciloko luar dalem kui,,,,
baru lihat yang sebenarnya, tadinya kukira siapaaaaaaaaa eh ternyata om Dhave
iyah waktu masih suka narkoba (nasi rames karo bakwan)….ancooor..ancooor…
singkatan baru hehehe, foto tahun berapa om???
hayooo yang teliti… di baca ulang yang dibawah sana… mumpung lagi baekan ni aku kasih”dhave29 wrote today at 11:10 AMsulisyk saidmas, lepas dari konteks di atas, aku meh takon, kuwi HS poto tahun kapan xixixixixixi**dilempar album poto lawas karo mas dhavesik mas… sik tak lihat EXIF….iki poto pas mau ngumpul poto buat ijazah, wisuda dll… 2007Sekalian bikin KTP anyar, pake hetsot ini…”jaman ndugal Om…””
hikss maaap lah, aku gak sempat membaca sedetail itu hehehejadi udah lama yaaaahhhhh……hmmmm 3 tahun yang lalu 🙂
yups 3 tahun yang lalu dan masih sama gak ada yang berubah….
ada yang berubah dong pastinya “dalam hal REJEKI” hehehe
nah itu udah ada yang ngatur mBak, kalo rejeki aku mah pasrah ama yang di Atas sana…
Pertanyaan Cerdas.. “Pernah coba yang lain?” (selingkuh Nikon Mode On)
Nah,,,, ki malah langsung mengaku,,,,”target selanjutnya Cak….mau hajar kontras tinggi”
tos LIL!Kata-kata ini masih terekam dimemoriku…*sembunyi ahhhh… lho.. kok semua tempat udah dipaki sembunyi?*
@yswitopr; Wadoh..wadooh Mo… aku yo melok ndelik iki hehehe…
tambah isin lagi ketika aplut futu masih ada kument: metering???heheheehehe… tapi makin dihajar, makin ditungkak.. makin pingin bisa! efeknya? makin banyak aplut futu.. hihihihihi… jadi malu…*sembunyi balik selimut aja!*
@yswitopr; hure… hureee masih bisa malu hehehe pisss Mo… setidaknya dari makian “metering” ada yang menyayangi Anda agar tidak mengulang kekurang tepatan yang kesekian banyak kali hehe… wis nungkak maning…. semoga segera merasakan efek sampingnya Mo…”nyusul krubutan sarung sambi nyruput teh anget”
heheheehehe…inget terus!ning teuteup aja dilakukan! hihihihihihi… salah milih lah.. pingin cepet-cepetlah… hihihihi….tengkyu mas Dhave!
yah sebuah proses Mo..Bersyukur aku mulai dari kamera analog, jadi sebelum kotret mikir dulu lama haha, beda yang awalannya Dslr biasanya grusak-grusuk (ndaksemua)..yuk mbaca dulu…..
ngunu yo, mas! hmmmmm… awalnya udah baca sich.. tapi ga semua! baca yang IMHOnya penting! jebul ada yang terlewatkan. parahnya, yang terlewatkan itu yang paling penting… hihihihihi…*latihan membaca: C A: ca; N O : no tambah N jadi canon…
nah loh.. kok yang penting yang terlewatkan sih…belajar lagii dan lagi..mbaca yook
hihihihi… sing dibaca sing tu njeb puint! sing praktis.. dah kebanyakan teori waktu sekolah… 16 tahun sekulah teyus jew… hihihihi…mbaca lagi ach… *takut nek ditungkak*
hahah….aayoh mbaca…mbaca… trus praktek…besok THB hehehe 😀
Pertanyaan Cerdas Selanjutnya.. “Siapakah Perempuan Beruntung itu.. yang salalu mendengar keluh kesahmu..?”.. 😀 piss
kali ini aku terlalu bodoh untuk menjawabnya…hayooh sapa yang mau jawab…?
pokona mah kalo juru potona maz Dhanang..pazti hazilnya baguZZ!
saya berharap juga demikian Om… kan buat semuanya harus diberi yang terbaik tentunya
Buat postingan jenis tertentu (photo) , memang mustinya kudu ‘merelakan’ waktu buat mbaca prolog , narasi , keterangan2 . . . sebelum komen . . .. . (sik , sik . . . ‘tak baca’e maneh blog’e , ben gak salah komen , he.he.he….)biar kesannya gak “mengajukan pertanyaan pintar di waktu yg salah” , Meskipun , jujur saja , karena cuma bisa mengagumi karya teman2 , para tupot handal , sedang aku gak dhong soal photografi , kadang komenku yaa melenceng dari semestinya , he.he.he…Tapi kita bisa mencoba belajar memaklumi , (sejenis pembelaan diri sekaligus pembenaran) , bisa jadi . . komen yg meski kurang pas(asal gak nyleneh , misal . . tanya jam piro , tanya harga sebungkus sego kucing , dll , he.he.he..)setidaknya menunjukkan respectnya pada postingan tersebut . . . .komen’e kepanjangan ? maap , he.he.he..
@ Sulis* hu uh enak nulis nggladrah daripada gawe puisi jeh hehehehehe**berlindung di balik kata2 Ha.ha.ha…… sebagai orang yg akhir2 ini sering uplot puisi , aku merasa ikut “tersanjung” dengan “pujian” mas Sulis . . .Gawe puisi kuwi angel yo , mas ? he.he.he..Memang itulah hal baik yg bisa kupetik dari persahabatan di MP , dengan para tupot , penyair , Romo , penulis (cerita , renungan) , sampe pada yg isi sitenya hampir semuanya hasil copas (berupa informasi2 menarik dan berguna . . . ) Aku bisa ‘nempil kawruh’ , nambah wawasan , mengasah kepribadian , dll. Setiap orang punya kelebihan , ini musti kita sadari , kita akui , dan kita bisa memetik hal positipnya , . . selalu . .
terimakasih Om Yoga…sebuah ulasan yang bagus ini…yah apapun orang akan tauporsinya bagaimana untuk menanggapi sebuah apresiasi dari rekan-rekan..tetap lanjutkan Om..salam
hayooo Om Sulis..? 😀