Korban Sia-sia Gegara Parno Corona

Dikiran kena korona, ternyata putus cinta.

Sekitar 3 tahun yang lalu saya ikut pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan khususnya di perairan, terutama korban tenggelam. Instruktur kami mengajarkan “jika kamu mau menolong pastikan kamu bisa dan yakin, lalu pastikan korban mau ditolong”. Sepertinya agak ribet dengan SOP-nya, tetapi itu juga demi keselamatan bagi yang menolong.

Suatu hari benar, saya sedang berlatih free diving atau menyelam bebas ada korban tenggelam tepat di depan saya. Sesaat saya mengamati, korban benar tenggelam bahkan mulut dan matanya terbuka di dalam air. Artinya, dia sudah pingsan. Korban mengalami black out, dan ini bisa terjadi bagi penyelam bebas.

Sayu turun menuju kedalaman 3 meter, lalu mengangkat korban ke permukaan. Ringan, dan saya diuntungkan dia tidak meronta karena sudah pingsan. Korban saya gotong ke tepi dibantu teman-teman. Saya cek, nadi masih berjalan, saya cek nafas sepertinya tersumbat oleh air. Korban saya miringkan sembari membuka saluran pernafasan. Tetiba korban terbatuk-batuk dan kami pandu untuk bernafas secara normal, selamatlah dia.

Nah kali ini saya banyak sekali mendengar cerita pilu. Banyak korban kecelakaan yang mati sia-sia, padahal harusnya bisa ditolong. Mengapa? gara-gara takut tertular korona.

Ada benarnya juga kata Jerinx vocalis SID yang mengatakan “media terlalu membesar-besarkan corona, dan menciptakan ketakutan”. Memang itu jualan media agar ditonton. Dampaknya apa? Banyak orang menjadi paranoid. Batuk sedikit langsung dituding corona, bersin bisa membuat orang lari tunggang langgang atau bahkan disemprot. Dari mana persepsi ini muncul, dari media.

Tidak perlu menyalahkan media, dan ini sudah terlanjur meracuni dan menjadi ketakutan di masyarakat. Ada cerita lucu, pemuda patah hati jatuh di sawah. Tidak ada yang berani menolong dan takut corona, akhirnya datanglah tenaga medis dengan baju astronot. Alhasil apa? Jawab sendiri. Cerita bukan sampai disitu, tukang ojek online tertidur di motor juga didatangi petugas medis dengan APD lengkap. Inilah sebagian potret masyarakat kita berkaitan dengan corona.

Mungkin banyak yang tertipu denggan keadaan. Namun kali ini ada beberapa orang yang mengenaskan. Jatuh pingsan, mungkin gara-gara telat makan atau penyakit lain dan tidak ada yang berani menolongnya-takut corona. Ada juga yang kecelakaan di jalan, pingsan orang-orang hanya melihat dari kejauhan. Korban-korban ini seperti momok yang menakutkan, daripada ketularan lebih baik menghindar. Sedemikan jahatkah?

Siapa nenyangka pengemudi Ojol yang terlelap dikira pingsankena korona.

Corona menyebar melalui droplet, dan cukup kenakan masker bagi sikorban dan yang menolong. Jika enggan bersentuhan kenakan sarung tangan, tas kresek, atau tangan bungkus kain. Sepertinya itu sudah diajarkan sebagai P2K standar jika menolong seseorang harus menggunakan APD meskipun tidak perlu pakai hazmat berlapis-lapis. Jika korban bisa diajak komunikasi bisa ditanya berkaitan dengan status kesehatan, apakah demam, batuk, pilek, sesak nafas. Jika tidak, tidak perlu kawatir, karena nyawa seseorang mungkin ditangan kita.

Mereka tidak jahat, namun ada perasaan paranoid gegara ketakutan yang disebarkan oleh media lalau digoreng sana-sini. Inilah yang menjadi pembatas niat mulia dan akhirnya manjadi sia-sia bagi si korban. Mungkin sedikit butuh pengetahuan dan keberanian agar mereka tidak mati sia-sia.

Akhirnya, dengan pengetahuan dan keberanian, tidak ada korban yang sia-sia. Tidak perlu menunggu aparat atau petugas kesehatan datang, jika harus memberikan pertolongan pertama. Itu semua sudah sangat menolong bagi si korban dan setelah itu serahkan ahlinya, kita cukup bersih-bersih diri. Mari jangan biarkan orang menjadi korban menjadi sia-sia karena ketakutan kita akan corona.

2 thoughts on “Korban Sia-sia Gegara Parno Corona

  1. Kejadian di aku ketika adikku sakit di awal2 pandemi. Dia vertigo dan ada sesak napas karena gerd. Paranoid banget aku sampai mikirnya itu jangan2 covid dan semalaman nungguin dia membaik di rumahnya aku gak mau deket dia, gak mau makan dan minum di sana dan seminim mungkin menyentuh apapun di rumahnya. Dan ternyata emang gak parno itu susah buat orang kayak aku yang mudah cemas

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s