Saat ini saya berani bertaruh dengan lebih dari 200 juta penduduk Indonesia. Bertaruh menanyakan ”keberadaan dan kondisi Pak SBY atau mBah Marijan…?”. Siapa yang peduli dengan Pak SBY pada detik-detik bencana Merapi, tetapi semua mata tertuju pada mBah Marijan. Lebih parah lagi siapa peduli dengan anggota DPR yang sedang berkunjung di Yunani dengan alasan belajar etika. Kenapa semua mata tertuju dan khawatir dengan sesosok dengan jargon ”rosa..rosaa..rosaaa..”.
Sebuah pernyataan dari mBah Marijan yang membuat bulu kudug saya berdiri adalah ”kalau saya ngungsi duluan, nanti para warga panik”. Kalimat sederhana, namun nyawa jadi taruhannya. Saya kira seorang presiden adalah orang nomer satu yang harus diselamatkan, namun ini memilih layaknya kapten kapal disaat mendekati tenggelam. Setiap kata-kata yang muncul dari mulut beliau, mengandung ”sanepan” perumpamaan yang acapkali sulit sekali dicerna. Arti demi arti setiap katanya dalam sekali jika dijangkau, walau acapkali diselingi bumbu humor.
Kebanyakan orang ada yang memandang dari sisi yang berseblahan. Mengatakan Beliau pembangkang terhadap perintah Sultan untuk turun mengungsi. Melihat beliau sebagai orang yang keras kepala dan susah diajak kompromi. Bahkan ada yang mengatakan sebagai sosok yang kaku dalam artian tidak mengenal peringatan dari alat modern tentang kondisi merapi. Boleh saja ada yang mengatakan sisi lain dari mBah Marijan, sebab setiap pandangan akan berbeda maknanya.
Dedikasi dan pengandian dijalani Beliau, disaat harus mempertaruhkan dirinya di Sri Manganti sambil menunggu wedus gembel turun beriringan. Himbauan Sultan seolah menjadi titah yang harus dijalankan sebagai seorang juru kunci Gunung Merapi. Sebagai pemegang adat dilereng Merapi sisi selatan, masih sanggup untuk berjalan mendaki menuju Paseban Labuhan Dalem untuk upacara labuhan. Diusia yang 83 tahun, bukan lagi kondisi yang prima dengan semangat ”rosa..rosa..rosa”.
Disaat mengunjungi Beliau dirumahnya, sambutan hangat dilayangkan dibalik udara yang dingin Merapi lereng selatan. Obrolan penuh canda dan tawa mengiringi setiap perbincangan. Pesan-pesan moral untuk kami yang masih mudah begitu terngiang disaat beliau berkata dengan bahasa gaulnya. ”le.. yen botol gepeng (vodka) iku aja digawa munggah gunung, gawa wae akua, sebab podo-podo banyune ning ora iso kanggo godog sarimi”. Jika saya terjemahkan ”nak kalu minuman beralkohol itu jangan dibawa saat mendaki, lebih baik bawa air mineral, sebab sama-sama airnya tetapi tidak bisa untuk merebus mie instant”. Kalimat yang sederhana namun penuh makna jika dijabarkan lebih luas. Ngono yo ngono ning aja ngono, begitu ya begitu tetapi jangan begitu, jika diartikan bolehlah mengikut arus, namun jangan sampai terbawanya.
Kini sampai saya menulis artikel ini, berita keberadaan simbah masih simpang siur adanya. Ada yang menyebutkan ditemukan tewas di rumahnya, ada yang mengatakan dalam keadaan selamat. Biarkan media masa memainkan peranan marketing jurnalistiknya, tetapi saya tetap beranggapan bahwa mBah Marijan sedang diperhatikan banyak orang. Presiden dan pemerintah sedang kalah pamor dengan Presiden Gunung Merapi dengan segala kontroversinya yang nyaris tanpa cela tanpa mengorbankan rakyatnya.
Merapi sebagai simbol kehidupan menggambarkan sebuah realita alam. Manusia sedang berada antara teosentris, antroposentris dan geosentris. Bencana alam juga ada ditempat lain, tamparan keras buat Presiden SBY untuk pasang badan untuk rakyatnya, dan pemerintah jadi tamengnya. Rakyat bukan pagar hidup untuk setiap bencana, namun Pemerintah musti tanggap dan cepat. Salud buat para relawan, tim penyelamat dan siapapun yang saat ini dilokasi bencana. Tuhan memberkati setiap dedikasi dan pelayanan anda.
beuuh kata2nya… bener juga yah
om savi, iya om.. mengena dah…
Ada benernya juga..
trenyuh…Btw,terimakasih sharingnya mas…
cak nono, lha lak tenan tho?mba mifta, sama2 salam…
Lha iyo…makane iki lagi koordinasi karo wong kantor
Banyak orang menyesalkan mbah Maridjan karena tidak kooperatif dalam proses evakuasi. Namun bgi saya, beliau sedang dalam tugas SIAP menunggu gunung itu sampai keadaan bagaimanapun, meski hanya dapat gaji 10 ribu rupiah perbulan dari pemberi tugasnya. Sangat setia dengan tugasnya…
Apa kita bisa seperti itu selama para petinggi negeri ini tidak bisa beri contoh ?
Semoga mbah Maridjan selamat ya…
Semoga mbah Maridjan selamat ya…
yg pasti bangsa kita diuji lagi yah,mas dhave….Tuhan memberkati setiap org yg berkehendak baik…
wah…akhirnya berita sudah meluncur mas
mantaff…
lanjoootkan
ada pelajaran berharga dari semua kejadian….mbah Marijan telah memberikannya
Seharusnya mereka juga ikut pasang badan “pemimpin”, mereka kok pasang perut kemakmuran
sudah tenang dipelataran garuda dengan tenang…
Diberkatilah semua mba….
Iya dan sudah dipastikan….
kapan merapat ke Merapi….
para korban diungsiin ke rumah para pejabat aja… dijamin bakal terjamin semua….
pejabatnya lagi pergi keluar negeri… studi banding..rumah kosong..ada juga yang pejabat pindah bobok di bui…rumah disita…enakan di rumah rakyat ajah… damai dan tentram…
Iyo diungsikke ning omahe poro selebriti wae ben kroso…ben ra sombong maneh..heheheeh.Omahe pejabat yo lodhang kok..sip banget hehehehe
Omahe koruptor juga kosong,…penghuninya lagi di bui…. atau mereka yang lagi pada lari keluar negeri…. ndak usah..ntar nambah penyakit lagi hahaha
beritanya masih simpang siur ya…? di berita2 ditulis mbah masridjan ditemukan meninggal… jadi ga ngerti mana yg bener….
Sudah dipastikan wafat…
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un….semoga amal ibadah beliau diterima oleh Allah SWT…Bangsa Indonesia perlu pemimpin yg seperti ini, yang hadir saat rakyatnya mengalami penderitaan. Bukan pemimpin yang hanya menonjolkan pencitraan. Tapi saat rakyatnya menderita, dia justru tak tau berada dimana….
selamat jalan Mbah….
semoga keberadaan Mbah Marijan segere di ketahui. Aku belum pernah ketemu Beliau, tetapi kedengaranya Beliau punya banyak wejangan. Aku di undang sama saudaranya untuk naik dan ketemu Beliau kalau pas ke Yogya. Eh belum kesampaian :((
http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11634150Menurut berita di BBC, Mbah Maridjan udah ditemukan meninggal di tempat Beliau.
salut untuk mbah Marijanlebih salut ketika aku baca di Suara Merdeka pagi ini pernyataan beliau”yen aku mudhun, aku iso diguyu pithik”aku nangkepnya, inilah abdi, bener2 seorang abdi yang menyerahkan jiwa raganya untuk apapun agar titah terlaksana.sementara presiden yg mengepalai negara ini yg abdinya masyarakat…au ah gelap soal pak SBY
>mBa Ema; sudah damai disana…>mBa Lily; ya gugur dalam tugas… abdi dalem yang luar biasa..>mBa Lala; siapa berani contoh beliau..pasang badan..
Maridjan terus urip sakjroning ati.
iya Om… bisa dirasakan
saya selalu terkesima ketika membaca setiap tulisan mas dhave..ingin rasanya dpt membuat tulisan sprti ini….;-D tp aku ga iso…selamat jalan Mbah Marijan….
makasih Mas… mari yuuk nulis..