
Kalau anda memberi makan anjing 3 kali, maka dia akan mengingatmu selama 3 tahun, kalau anda memberi makan orang 3 tahun, mungkin dia akan melupakanmu setelah 3 hari.
Dari kecil hingga SMA, keluarga saya selalu memelihara anjing. Anjing yang paling lama tinggal dikeluarga saya bernama bagong. Anjing kampung ini bersama kami selama 14 tahun dan mati karean sudah tua. Setelah itu kami memelihara anjing betina yang bernama Neli, namum dicuri tetangga yang berprofesi sebagai jagal anjing. Anjing ketiga kami bernama Leo, dia pergi dari rumah karena ngambeg. Ada juga anjing paling keren namanya Boi, dia selalu menghantar ibu guru yang kost ditempat kami saat berangkat mengajar yang berjarak sekitar 3 km, lalu menunggui di halaman SD dan mengawal saat pulang. Boi mati ketabrak mobil.
Selapas itu, saya tidak memelihara anjing lagi. Pernah sekali memelihara rotweiller, tetapi hobinya mengejar ayam sehingga banyak mendapat ancaman dari tetangga. Alhasil, anjingnya saya hibahkan ke petshop siapa tahu ada yang mau adopsi. Waktu berlalu, dan saya jika kangen dengan anjing cukup bermain ke rumah teman atau saudara yang memelihara anjing.

10 tahun berlalu, saya memutuskan untuk memelihara anjing. Kebetulan melintas di lini media sosial di grup jual beli anjing. “Jual Rugi, Mix Golden Kitamani” tanpa pikir panjang saya DM dan deal harganya. Kami COD di kantor saya, anjing diantar dan langsung saya bayar.

Saya bawa pulang ke rumah, yang baru saja saya huni 1 minggu anak anjing tersebut. Dia masih banyak kutu, dan belum bisa makan. Dengan telaten saya kasih makan susu, bersihkan kutu, berikan vaksin, berikan obat cacing, beri kasur busa. Bisa dikatakan, anjing ini mendapatkan kamar dan fasilitas kelas president suit.

Saban hari saya latih anjing tersebut dengan toilet habbit, prilaku agar tidak agresif, makan di tempat, recall dan bebarbagi jenis latihan yang lain, termasuk teritori dimana dia boleh dan tidak. Dia anjing yang cerdas dan langsung menangkap apa yang saya instruksikan.

Suatu hari saya melihat postingan orang jual anak anjing, ada 4 ekor. Salah satu cirinya mirip anjing saya. Saya telusuri komentar dibawahnya dan ternyata ada orang yang saya beli anjingnya. Dalam hati saya bersenandika “sialan ketipu“. Namun, saya berkomitmen akan terus memelihara anjing tersebut.
Singkat kata anjing tersebut saya berinama Moly, bahkan punya akun IG @moly.anto . Nama tersebut dari sejarah anjing tersebut, yakni pemiliknya yang bernama Yohanes Mulyanto. Moly tumbuh berkembang dengan baik dan menjadi anjing yang banyak disukai orang.

Ada tetangga saya, sampai datang ke rumah “mas pinjam moly, anak saya nangis“. Maka saya pinjamkan moly barang sehari, untuk menghibur anaknya yang merengek minta anjing. Suatu saat anak tersebut pergi ke luar pulau bersama ibunya dan banyaknya telpon “kangen ngga sama ayah?”, anaknya jawab “ngga, kangen sama moly” dan ayahnya berseloroh ke samping, asem ik.

Rumah kami kebetulan dekat dengan gereja. Anak-anak saban hari minggu ikut sekolah minggu. Pada suatu saat moly terlepas dari rumah dan mendatangi anak-anak. Moly yang dilatih ramah dengan anak-anak nampak tenang dan diam saat anak-anak memegang, bahkan ada yang menggedongnya. Moly bukan sosok anjing yang agresif, tetapi cenderung berkawan dan suka bermain. Alhasil, moly ikut masuk dalam gereja. Saya cukup panik, bagaimana seekor anjing masuk dalam gereja. Kebetulan dengan pendetanya kenal dan tahu itu moly. Ibadah selesai, anak-anak pulang, Moly kembali ke Kandang.

Suatu hari, teman saya datang bersama anaknya yang beru berusia satu tahun lebih sedikit. Saat dirumah saya kenalkan Moly. Awalnya ibunya agak ragu. “Coba makananan Molynya diambil dari mulutnya“, biasanya anjing akan memertahankan jika makanannya diusik. Moly melepaskan makanannya membiarkan anak tersebut mengambilnya dan dia tetap pada posisi makannya dan diam. Tidak mudah merubah karakter anjing, apalagi urasan perutnya.

Saban selama malam, Moly selalu menemani saya ronda. Dia saya ikat rantai dan saya ajak keliling kampung dan perumahan untuk mengambil jimpitan. Saban pagi, Moly masuk tas ransel saya dan saya ajak keliling kota naik sepeda. Hari-hari dan malam-malamnya si Moly.

Sampai akhirnya kami agak kawatir, saat putra kami lahir. Apakah Moly bisa menerima anggota keluarga barunya. Moly berubah total menjadi anjing yang kebapakan. Dia tidak lagi menggonggong sembarangan, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam dan teras rumah, meskipun biasanya hobinya bermain di kebut samping.

Saban pagi selalu menamani saya saat menggendong Gyan jalan-jalan di sekitaran perumahan. Saat Gyan dijemur, maka Moly selalu menjaga di sampingnya. Bahkan jika di dalam rumah, dimana Gyan ditidurkan disitu kami sediakan alas tidurnya Moly dan ikut tidur. Tak jarang emosi mereka berdua terlihat kental, apalagi saat Gyan nangis,maka mimik muka Moly terlihat panik dan gusar.

Moly yang saban hari kami perlakukan berbeda. Jika di lingkungan rumah sedang sepi tidak ada orang, maka akan dilepas. Jika banyak orang, maka kami lepas di dalam rumah. Jika di dalam rumah ada tamu, sementara kami ikat di teras rumah. Moly nyaman-nyaman dan tidak ada penolakan saat kami rantai.

Suatu saat ada pekerja proyek rumah lewat dan Moly menggonggong. Saya ingat persis, Moly yang posisi dirantai dilempar dengan batu dan kena kaki kanan belakang dan pincang. Saya sebagai pemiliknya “bapak kalau digigit anjing saya, maka saya akan tanggung jawab penuh. Ini tanggung jawab saya sebagai pemilik anjing. Dan tanggung jawab lainnya melindungi anjing saya dari ancaman. Kali ini bapak saya lepas, besok jika melempar anjing saya lagi, maka saya akan balas lempar bapak persis dengan batu yang bapak lempar. Ini tanggung jawab saya“.

Ada juga yang nyamperin saya “dilarang pelihara anjing“. Saya tanya aturan, kesepakatan, undang-undangnya dia berkelit. Saya cuma bilang “anjing ini sudah ada duluan di sini dari pada sampaean. Jika sampean sebagai pendatang tidak suka, jangan masuk ke wilayah ini“. Tetangga saya berseloroh “iya, saya akan nambah lagi 4 ekor anjing buat di rumah“. Saya sampaikan “saya pemilik anjing memastikan anjing saya tidak akan mengganggu sampean” dan dibalas “tapi anjingmu menggonggong..!” ditanggepi dengan menyolot. “Oke, kalau sampean bisa menyuruh kucing sampean tidak mengeong dan burungmu tidak berkicau, saya akan latih Moly jika melihat sampean agar tidak menggonggong. Loh.. loh.. pak pak.. kok malah pergi, yang buat anjing menggonggong itu Gusti Allah, dan Malaikat ngga takut anjing loh Pak, dia dari cahaya“.

Jika ditanya, apakah Moly pernah nakal? Jawabannya adalah pernah dan parah nakalnya. Suatu kali dia pernah membawa sekantong plastik berisis donat, ternyata milik warung depan. Saya mengganti dan saya tidak marah dan biasa saja. Pernah juga menumpahkan sewajan minyak dan dia malam-malam mandi minyak, kita justru tertawa. Pernah juga dia menghancurkan kasur busanya, dan rata di seluruh rumah penuh dengan potongan busa, kami biasa saja dan tinggal bereskan. Sandal istri saya juga pernah digigit dan lepas jahitannya, solusinya saya belikan sandal baru dan lebih mahal dan mengelem sandal lamanya. Pernah juga Moly makan bangkai ayam dan malam-malam harus mencuci mulutnya.
Saya tidak pernah memukul, menghardik, atau memarahi Moly, bahkan tangan saya juga pernah berdarah digigitnya. Ini anjing, bukan manusia yang mengerti bahasa. Setiap dia melakukan kesalahan versi kita, maka harus dikoreksi. Cara koreksi dan melatihnya dengan reward saya bisa memberikan makanan atau mainan. Jika dia makan sembarangan, maka saya berikan makanan yang lebih enak dan saya peringatkan agar tidak makan itu lagi. Kalau dia menggigit benda-benda, saya berikan mainan dia dan peringatkan agar tidak menggigit sembarangan. Begitu seterusnya, sehingga dia paham.

Moly adalah anjing kampung. Konon dia campuran antara golden, pomerian dan anjing kampung. Jadi bukan anjing ras yang memiliki prilaku dan kecerdasan di atas rata-rata anjing pada umummnya. Tapi saya bisa buktikan, Moly bisa melakukan apa yang anjing ras lakukan, meski tidak seajaib anjing terlatih. Tagline Moly, from local dog to smart dog.

Pada suatu hari saya mendapat tugas keluar pulau selama 3 minggu. Pada minggu ke-2 saya diberi kabar jika Moly tidak pulang. Istri saya paginya mencoba mencari keliling kampung dengan membawa rantai si Moly sambil menangis. Kita coba tunggu satu, dua. tiga hari, dan seminggu. Tidak ada kabar si Moly, bahkan kita sudah umumkan di WA grup dan komunitas anjing. Ini sudah minggu ke-3 Moly pergi. Saban sore usai kerja, saya masih berusaha mencari si Moly ke sudut-sudut kampung dan bertanya pada orang-orang dan nihil. Sampai malam ini saya masih tidur di ruang tamu, kadang tengah malam membuka pintu berharap Moly sudah ada diteras. Rantai, mainan, alas tidur dan tempat makan minumnya masih di posisi yang sama, menyambutnya jika dia kembali pada suatu saat nanti. Kami menunggumu Moly…

The Guardian in Eternity
Aku lihat link posting ini dari facebook dan sampai ke sini. Ikut prihatin atas kehilangan Moly, Mas Dave. Ikutan sedih juga mengingat betapa baiknya kalian sekeluarga kepadanya. Mudah-mudahan gak kenapa-napa dengan Moly. Kalau pun ada yang mengambilnya semoga dipelihara dengan baik. Amin
Makasih mBa.. ya begitulah perjalanan Moly hehehe.. saya masih berharap ketemu dan usaha mencari.
Turut prihatin ka🙏