Lebih dari 200 minyak asiri dari tumbuhan yang potensial telah ditemukan. Di Indonesia ada sekitar 14 belas minyak asiri yang familiar yakni; serai, kenanga, cengkeh, kayu manis, gandapura, ylang-ylang, nilam, akar wangi, pala, gaharu, lawang, terpentin, dan kayu putih. Kayu putih (Melaleuca leucadendra) adalah salah satu tumbuhan dari keluarga jambu (Myrtaceae) yang familiar di telinga kita. Minyak hasil penyulingannya sangat mudah didapat karena menjadi salah satu kebutuhan pokok untuk balita, bahkan orang dewasa seperti saya.

Kayu putih mengandung minyak asiri yang beragam jenisnya. Minya ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan beragam penyakit seperti; sakit perut, pusing, lelah, rematik, antibiotik dan lain sebagainya. Menjadi pertanyaan bagaimana sebenarnya minyak kayu putih ini bekerja dalam tubuh kita, sehingga mampu mengusir penyakitnya yang timbul. Selain itu minyak kayu putih juga menjadi bahan dasar dalam industri farmasi, kosmetik, sabun, dan aroma.
Di dalam minyak kayu putih terdapat senyawa terpenoid dan ada 2 yang terbesar yakni Sineol dan Linalaol. Sineol (C10H18O) yang konsentrasinya mencapai 44 – 45% dan sangat dominan menjadi komposisi utama dalam minyak kayu putih selain terpineol, lineleol, benzyldehyde, limonene, dan sesquiterpene. Sineol memoliki sifat yang volatil atau mudah menguap karena mengandung unsur hidrogen dan oksigen. Sifat inilah yang dimanfaatkan produsen minyak kayu putih untuk menciptakan senyawa aroma terapi.

Aroma terapi saat ini menjadi salah satu alternatif dalam proses penyembuhan suatu penyakit. Sineol dan senyawa-senyawa volatil seperti eukaliptus, lavender, rose, teh hijau, yang ditambahkan dalam minyak kayu putih inilah yang berperan dalam proses penyembuhan melalui metode aroma terapi. Prinsip kerja aroma terapi adalah memanipulasi susunan saraf pusat yakni otak agar memerintah tubuh untuk membentuk sistem pertahan diri dan penyembuhan.

Proses aroma terapi dimulai dengan menghirup aroma terapi, lalu molekul aroma terapi akan masuk dalam lubang hidung. Di dalam saluran pernafasan terdapat olfactory, yakni saraf yang mampu menangkap aroma dan mengirimkannya ke otak. Secara prinsip, otak memiliki fungsi sebagai pusat memori dan berpikir, emosi, kontrol kelenjar hormon, dan sistem saraf. Fungsi otak inilah yang dimanipulasi dengan aroma terapi dimana otak akan merespon molekul aroma yang diterima. Otak akan segera merespon dengan memerintahkan untuk merespon balik dengan memainkan peran hormon (endokrin) dan syaraf untuk proses penyembuhan.

Senyawa dalam minyak kayu putih tidak hanya untuk aroma terapi saja, tetapi bisa digunakan dengan teknik oles. Minyak kayu putih yang diusapkan dalam permukaan kulit akan memberikan rasa hangat dan senyawanya akan masuk melalui folikel, lalu masuk dalam kelenjar keringat, msauk dalam cairan tubuh (darah atau limfe). Di dalam cairan darah tersebut akan memberikan respon pada tubuh, jika ada benda asing masuk maka tubuh akan membuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Ada 2 keuntungan dalam pemanfaatn minyak kayu putih aroma terapi yakni yang pertama mampu menyembuhkan secara psikis. Sensasi aroma acapakali menimbulkan persespi yang tidak kita inginkan, maka dengan aroam dari minyak kayu putih aroma terapi bisa menyingkirkan bau yang tidak diinginkan. Selain itu juga memanipulasi otak kita agar memunculkan mekanisme pertahanan diri lewat sistim endokrin. Keuntungan yang kedua adalah menyembuhkan secara fisik. Sensasi panas sangat nyaman untuk relaksasi otot, selain itu senyawa yang masuk dalam tubuh sangat baik untuk merangsang tubuh memunculkan imunitas. Pengobatan yang sangat sederhana dan proses yang bisa dilogika dan nyata dalam keseharian.
One thought on “Minyak Kayu Putih, Tradisi dan Aspek Medis”