“One Traveler One Book” Tanggung Jawab Moral Pelancong

1412735264727222984

Baru saja walikota Bandung, Ridwan Kamil meluncurkan bus khusus anak sekolah yang bisa di akses secara gratis. Begitu kira-kira berita yang saya tangkap terhadap kicauannya di twitter. Solusi yang bagus dengan kemacetan kota Bandung, dimana anak sekolah mendapat prioritas waktu agar tidak terlambat dan nyaman dalam bertransportasi. Tiba-tiba saya teringat dengan beberapa siswa dengan seragam merah putih yang lusuh. Bersama gurunya mereka menyusuri jalanan aspal yang bergelombang kadang berubah menjadi jalan tanah hanya untuk berangkat dan pulang sekolah. Yang pasti disana tidak ada kemacetan. Jangankan kemacetan, hilir mudik kendaraan pun bisa dihitung dengan jari dan sampai bosan menghitungnya karena jarang yang lewat.

Jika mengkomparasikan antara yang ada di Bandung dan pedalaman Raja Ampat pasti semua bisa menjawab. Bandung sebagai kota kembang dan Raja Ampat sebagai kota bahari. JIka membandingkan dengan pendidikannya pasti ada ketimpangan, tetapi coba melihat sisi positif dari peran tenaga pendidik yang ada di sana. Bagaimana kiprah mereka dalam dunia pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa ini.

Sejumlah uang harus saya bayar gegara bagasi saya melebihi ketentuan. Hampir 40Kg barang yang melebihi kapasitas bagasi yang seharusnya hanya 20Kg. Saya terbang dari Yogyakarta lalu ke Jakarta dilanjutkan ke Ambon dan berakhir di Sorong. Dari Sorong dilanjutkan lagi menuju Waisai lalu masuk ke pedalaman di sebuah sekolah yang bersebelahan dengan deretan hutan belantara. itulah sekelumit perjalanan menuju jantung Raja Ampat di Papua Barat.

14127353751700716391

Teman-teman saya yang suka jalan-jalan membuat ide “one traveler one book“. Jadi setiap ada teman yang mau jalan-jalan, maka mereka yang tidak jalan harus menyumbang sejumlah buku. Buku-buku yang terkumpul nantinya akan disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan. jadi jalan-jalan tak hanya senang-senang saja, tetapi harus bisa berbagi dan menyenangkan sekaligus mencerdaskan orang lain, begitu kira-kira maksud tujuannya.

14127354681003222649

Jika melihat itung-itungan harga buku kadang tak sebanding dengan harga kelebihan bagasi dan ongkos ojek 120ribu pulang pergi. Namun niat baik tetaplah harus dijalankan karena sebuah amanat, kebetulan masuk dalam satu tujuan perjalanan. Setelah berkonsultasi dengan guru-guru di Raja Ampat saya mendapat informasi jika salah satu sekolahan memerlukan bantuan buku-buku bacaan untuk murid-muridnya.

Sejenak saya kurang begitu percaya, sebab dana pendidikan begitu besar terlebih dengan pengadaan sarana prasarana. Usai menempuh perjalanan yang panjang saya sampai juga di sekolahan. Ibu kepala sekolah yang nampak terkejut karena ada beberapa orang membawa ransel dan kardus datang kesekolahannya. Saya dan rekan-rekan langsung dibawa masuk ke ruang kepala sekolah lalu saya menjelaskan masuk dan tujuan kedatangan kami dan sebelumnya minta ijin agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

1412735519120208647

Sejenak saya memperhatikan perpustakaan yang berisi rak-rak buku dan beberapa buah buku yang lusuh. Saya diam sejenak memperhatikan gudang ilmu yang nampak kosong dan tanpa aura pencerahan. Segera kami susun buku-buku yang kami bawa untuk mengisi rak-rak yang kosong ini . Tak sabar rasanya melihat keceriaan siswa-siswa disini dengan menikmati amanat dari teman-teman. Kami tidak bisa mengatas namakan ini bantuan dari siapa, yang pasti ini hanya titipan dari teman yang tak bisa bertandang di sini.

Sejenak saya berbincang dengan beberapa murid yang waktu itu sedang jam istirahat. Lantas saya membawa tshirt yang sudah saya siapkan. “adik-adik, siapa nama lengkap bupati raja ampat” semua tunjuk jari dan bisa menyebut nama lengkap beserta marga dan gelarnya dan satu tshirt buat yang paling cepat mengangkat jari. “sekarang siapa nama lengkap dan gelar dari ibu kepala sekolah” tak satupun yang tunjuk jari tetapi berlari ke ruang kepala sekolah untuk melihat bagan struktur organisasi sekolah. Saya hanya bisa tertawa melihat tingkah polah mereka yang kadang diluar daya nalar saya.

1412735565503389549

Tamparan keras dari teman-teman saya bagaimana seharusnya berbagi. Saya hanya bisa termenung dan berandai-andai jika para pelancong yang suka masuk kedalam pedalaman bisa membawa sesuatu yang sederhana namun sangat berguna buat mereka. Buku-buku lusuh langsung di serbu anak-anak ini seperti mendapatkan sesuatu yang baru. Mereka begitu antusias sampai guru-guru kewalahan terhadap rasa ingin tahu para murid. Saya berterimakasih dengan Pak Jhon salah satu guru yang kebetulan satu almamater dengan saya dan dia ditempatkan jauh untuk mencerdaskan anak-anak ini.

1412735641668450784

Kembali saya naik ojek yang paling mahal tarifnya sambil melambai pada anak-anak yang pulang jalan kaki menuju kampungnya masing-masing. Entah berapa kilo jalan yang mereka tempuh dengan kaki-kaki kecil mereka. Yang pasti semangat belajar mereka mengalahkan jarak dan hambatan yang selama ini ada. Guru-guru yang sederhana dengan penuh ketulusan dak kesabaran mendidik anak-anak bangsa ini. Salut, hormat dan kagum pada mereka yang dengan segala keterbatasannya terus berjalan untuk belajar. Mereka tak butuh bus sekolah, mereka tak butuh kenyamanan, mereka hanya butuh sentuhan agar mereka bisa mendapatkan hak yang sama, bukan begitu “one traveler one book“.

10 thoughts on ““One Traveler One Book” Tanggung Jawab Moral Pelancong

  1. Ide yg bagus untuk buku…sayangnya saya gak punya banyak buku-buku Indonesia selain itu suka mumet bawa buku karena koper sudah penuh dengan peralatan menyelam 😦 Biasanya kalau travel ke Indonesia atau negara lain ke daerah yg terpencil, saya bawa mainan edukasi jadi si anak bisa membangun mainan tersebut – ini contohnya: http://www.lobbes.nl/speelgoed/bouw-en-constructie/bouwpakketten/detail/7810019-bouwpakket-boerderijdier-hout Kecil, ringkas dan melatih logika 🙂

    Oh ya, kalau travel ke negara non Indonesia, saya suka bawa souvenir dari Indonesia untuk diberikan ke org-org yg saya temui selama perjalanan, ini juga salah satu cara saya memperkenalkan Indonesia walaupun saya tidak tinggal di indonesia 🙂

Leave a reply to ibuseno Cancel reply