Tanah tandus, kering sepertinya mustahil mendapatkan sumber makanan dari tumbuhan. Semak belukar dengan tumbuhan berduri dan bergetah mendominasi tempat ini. Sedangkan tumbuhan berukuran besar hanya kayu keras yang tak menghasilkan buah konsumsi. Inilah kondisi pulau Timor yang identik dengan tanah yang gersang. Namun dibalik ketidaknyamanan itu, ada sumber makanan yang melimpah bahkan beraneka ragam.
Sebagain besar masyarakat Pulau timor mengonsumsi jagung dan ubi dalam kesehariannya. Sebagai lauk pauk digunakan bebijian dari kacang-kacangan. Protein nabati ini banyak sekali tumbuh diantara semak belukar yang kadang tak dilirik sama sekali. Disela-selah pohon besar terlilit kacang-kacangan yang melingkar berlawanan arah jarum jam.
Jika mata ini jeli maka akan didapatkan spesies kacang-kacang unik ditempat ini. Kacang-kacang dengan beragam ukuran, warna, motif sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Ada sekitar 21 jenis kacang-kacangan di pulau Timor, namun belum bisa dipastikan apakah beda spesies atau hanya sebatas varietas saja.
Kacang turis, arbila, dan ercis itu yang sempat terekam dalam pikiran saya berkaitan dengan nama lokal untuk kacang. Hampir semua jenis keluarga Papilonaceae bisa dimakan dan menjadi sumber protein. Apabila tidak berhati-hati maka ada jenis kacang yang beracun. Masyarakat setempat memberi nama kacang merah, karena warna bijinya yang berwarna merah. Masyarakat lokal mensiasati agar tidak beracun dengan memasak berulang dan membuang air rebusan. Sebuah kearifan lokal yang turun-temurun dan menyelamatkan dari keterbatasan bahan pangan.
- Kacang tanah menjadi menu pembuka (dok.pri)
Di dalam rumah bulat, aktifitas memasak dimulai pukul 5 pagi. Nyala api dari dalam tungku menghangatkan seisi ruangan. Anjing-anjing piaraan sepertinya menikmati kehangatan dari perapian itu dengan ikut duduk melingkari tungku. Seorang ibu nampak sibuk menungkan kacang tanah dalam periuk dan dengan gesit mengaduk-aduk agar tidak hangus. Inilah makanan pembuka pagi ini dengan kacang tanah yang di sangrai.
Usai menggoreng kacang tanpa minyak, dilanjutkan merebus jagung sebagai menu utama. Jagung bose bagitu mereka menyebut makanan pokoknya. Jagung di cuci bersih lalu direbus dalam periuk yang airnya sudah mendidih. Selain jagung, dimasukan juga beragam jenis kacang-kacangan sebagai campurannya. Secara prinsip sudah terpenuhi sumber karbohidrat dan protein. Penambahan bumbu masak sangat minim bagi masyarakat disana, yakni cukup menambah sedikit garam dan jika ingin ditambahkan bisa saat makan.
- Jagung Bose menjadi menu utama, karena menjadi makanan pokoknya (dok.pri)
Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat jagung yang keras menjadi lunak. Bagi masyarakat di Jawa Tengah, biji jagung rebus ini biasa disebut grontol. Biji-biji yang merekah menandakan sudah siap untuk disajikan. Siang ini makanan berupa jagung bose dan kacang-kacangan di campur sedikit garam yang tersedia dalam cawan yang disertai potongan cabai. Sebagai pendatang baru ternyata saya masih diberi toleransi karena ada nasi dan lauk pauk yang cukup lengkap.
- berburu tumbuhan penyimpan air disela-sela tanah yang gersang (dok.pri)
Siang hari, udara begitu terik. Sepertinya mustahil mendaptkan makanan yang bisa melepas dahaga. Namun bagi masyarakat disini bisa mengantisipasinya dengan mencari umbi-umbian yang kaya akan air. Bengkuang, nama yang tak asing lagi begitu juga disini sebagai tumbuhan penyimpan air. Akhirnya seorang pemuda membawakan saya beberapa ikat bengkuang. Dari atas bukit kami menikmati segarnya bengkuang yang manis rasanya dan air yang segar. Umbi yang satu ini ditanam dibeberapa titik, terutama sepanjang jalan setapak. Bengkuang dijadikan sumber air minum dalam keadaan terpaksa. Kesegaran belum usai, saya kembali disuguhi beberapa kelapa muda yang siap untuk dinimkati kesegaran airnya. Pulau timor sangat menyegarkan ternyata.
- Menyesap manisnya madu dari lebah lalat (dok.pri)
Rasa dahaga belum hilang, kembali saya dihadiahi oleh lelehan madu hutan. Lebah lalat begitu penduduk sekitar menamai penghasil madu ini. Disebuah tonggak dari bambu kering di belah dan terlihat rumah lebah yang penuh dengan madu ini. Lebah ini ternyata sangat jinak karena tidak memiliki sengat sehingga kita bisa sedikit mencicipi air surga ini. Dari gono atau rumah larva lebah ini bisa langsung menyesap air madu yang manis. Kurang apalagi pulau timor ini dengan segala kuliner yang sangat eksotis.
- Umbi rebus dan kopi kental menutup makan malam (dok.pri)
Waktu berlalu dan matahari condong ke barat. Kali ini menu makanan sudah berubah. Jika siang tadi menikmati jagung bose, maka malam ini akan dimanjakan dengan umbi-umbian. Singkong atau ubi kayu akan menemani malam ini. Selain ubi kayu ada juga umbi-umbian lain seperti keladi, gembili dan uwi. Inilah makanan berat untuk malam ini yang dinikmati dengan mencocol sejumput garam dan cincangan cabai. Segelas kopi kental menemani hingga Perutpun kenyang, saatnya merebahkan badan dalam balai-balai yang sampingnya ada perapian. Malam ini merajut mimpi dalam rumah bulat sambil memandangi atap yang penuh dengan jagung bergelayutan.
Menarik sekali menunya, Dhave. Semuanya menu sehat kelihatannya. Cuma saja dari paparan di atas kelihatannya koq mereka kurang mengkonsumsi daging. Apakah memang demikian?
iya Om.. kadang-kadang “kalo ada berkat” nikahan, pesta dsb…
Menunya sehaaat… itu sayur bunga pepaya mas, enak juga lho..
bagaimana dengan ikan2annya atau daging2an ? gak terlalu bnyk mereka makan ?
Sangat susah mendaptakan daging disana Bu, kususnya ditempat ini.
Babi, sapi, ayam hanya di jual bukan untuk dikonsumsi.
Protein ya dari bebijian saja
sadaaaaaaapppppp…
dap poool mas
I thought the first picture was a medicine pills, ternyata biji-bijian 😀 Keren! Postingannya menarik! 🙂
Makasih banyak Om hehehe…
sempat ketipu yah