Pada rumput hijau yang luas dengan kontur berbukit. Tumbuhan berumur ratusan tahun masih kokoh berdiri. Sapi dan kuda berkeliaran kesana kemari untuk mencari rumput yang segar. Diantara ranting-ranting pohon, kicau burung bersahutan. Akhirnya semua pelan-pelan tertutupi halimun tipis Gunung Mutis.
Gunung Mutis berjarak sekitar 40Km sisi utara Kota SoE di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur adalah titik tertinggi di Pulau Timor. Perjalan kesana, teringat negeri para higlander di benua eropa. Pohon-pohon dengan diameter 2 pelukan manusia kokoh berdiri. Lumut janggut (Usnea barbabata) menggelayut mengikuti arah angin.
- Hutan bonsai, begitu kata orang untuk menyebut bentuk pepohonan berusia ratusan tahun (dok.pri).
Hutan bonsai, begitu masyarakat sekitar menyebut untuk kawasan hutan di Gunung Mutis. Eucalyptus albaatau Minyak Kayu Putih mendominasi di hutan ini. Kayu dengan warna kulit putih begitu kontras dengan hijaunya rerumputan. Kawasan yang dikelola perhutani masih sangat terjaga keasriannya. Sepertinya tak ada tangan jahil yang mencoba mengusik apa yang ada disana. Hanya sapi dan kuda saja yang dilepasliarkan untuk mencari makan setiap harinya.
- Akses menuju kawasan hutan Gunung Mutis sangat mudah, karena akses jalan sudah ada. Beberapa penduduk memanfaatkan kekayaan hutan untuk mendapatkan kayu bakar (dok.pri).
Akses menuju Gunung Mutis, sangat mudah karena akses jalan sudah ada. Jika dari Kupang langsung menuju SoE ibu kota kabupaten Timor Tengah Selatan yang berjarak 100Km dengan waktu tempuh 2 jam. Dari SoE langsung menuju Kecamatan Molo lalu dilanjutkan menuju Desa Fatumnasi dengan jarak temouh sekitar 40Km selama 2,5jam.
Hutan Ampupu, sebutan lain untuk kayu putih. Gunung setinggi 2427mdpl sangat eksostis pemandangannya. Dari KM12, yakni sekitar 4Km dari Desa Binau di Molo Utara menjadi titik yang indah untuk mengamati GUnung Mutis dari kejauhan. Bukit menghijau dengan lembah yang bergelombang menambah pesona pulau timor.
- Sapi dan kuda di lepas liarkan untuk mencari makan sendiri di padang rumput. Sebuah pemandangan yang jarang kita dapatkan di daerah lain. Mirip negara-negara Eropa, tetapi ini Indonesia (dok.pri).
Masuk di desa Fatumnasi, akan langsung berhadapan dengan pohon-pohon besar di sisi kanan kiri jalan. Acapakali akan berpapasan dengan penduduk lokal yang mencari kayu bakar dari sisi pohon yang telah mengering. Hutan yang lebat tak seperti hutan kebanyakan yang penuh semak belukar. Hutan disini mirip taman atau kebun raya. Hampara rumput yang mirip karpet hijau dengan beberapa sisi tertanam pohon Ampupu dengan batang berukuran besar.
Hela nafas memenuhi paru-paru saat melihat salah satu bukit yang di pangkas. Ini adalah gunung marmer, begitu masyarakat menyebutnya. Benar saja, dibalik padang rumput dan hutan ampupu, tersimpat batu putih nan menawan. Dibawah kaki ini berdiri terdapat marmer sebesar gunung yang siap untuk di gali dan potong-potong. Salah satu ancaman dan potensi kerusakan untuk taman eden di Pulau Timor.
- Halimun sudah turun di sela-sela pepohonan. Sunyi dan senyap, terasa saat melintas di tengah belantara hutan. (dok.pri)
Waktupun beranjak dan kabut tebal sudah menghadang. Lambaian lumut-lumut berusia puluhan tahun memberi salam perpisahan. Kuda-kuda yang sedari tadi merumput satu persatu menghilang dari pandangan. Suara lonceng yang dipasang di leher sapi pelan-pelang menghilang dari balik pepohonan. Gunung Mutis, titik tertinggi nan eksotis di Timor.
ini di NTT apa NTB?
NTT mas….e
makasih sudah saya sunting hehehehe
Khilaf… bin ngga tliti…
Asyik juga ya lihat alam yang masih asri begitu
Sangat menyenangkan Om
wah… kampungnya toni asyik ya
pake poool…
suka sama tanah merah dan hijaunya pepohonan 🙂
kapan kesana..?
Mas, ini cakep bener. Belum lama ini saya abis baca soal Gunung Mutis di majalah wisata, eh dirimu sudah duluan kesana hehehe. Ditunggu cerita soal kain Timor yg daku pake ini 🙂
Segera mba…. mohon bersabar
mas danang.. kalo balik titip yang di foto ya…
Titip apa ya…?
Bangga beta orang kupang
mantaaaap Ko….?
Itu beta pu tanah kelahiran , Trimaksih kak buat tlisannya ^^
Ahay sama-sama mba Asty, senang bisa berbagi hehehe 😀
keren!!
Makasih….
Keren mas,,,, tapi kalau musim kemarau, padang rumputnya udh g bagus lagi. dan satu hal yg disesali, pemerintah di daerah sana blm memperhatikan infrastruktur jalannya. masih hancur!
Benar sekali… jalannya masih off road semua…
sangat di sayangkan ya,… padahal indah sekali
woy nang 🙂
Woi bang Tumenggung Martalaya…….
apik mas… bt punya foto pendakian keatas bukitnya mas bro
Terimakasih banyak… semoga bisa melengkapi… 😀