Salatiga, sebuah kota kecil yang di kelilingi Kabupaten Semarang di Jawa Tengah. Kota dengan ketinggian tempat 640mdpl dan berhawa sejuk dengan kontur berbukit-bukit tepat di lereng tenggara Gunung Merbabu. Kota yang terkelal melahirkan pahwalawan Nasional: Yos Sudarso, pesepak bola terkenal: Bambang Pamungkas, pelari nasional: Triyaningsih masih banyak lagi. Namun di jalan pemotongan, ada seorang tukang becak yang sangat terkenal namun terlupakan. Darmiyanto, nama pengayuh becak yang biasa mangkal di jalan Pemotongan.
Pria kelahiran 1 januari 1936 yang berprofesi sebagai pengayuh becak kesannya biasa dan tak ada yang istimewa. Di balik kesederhanaannya dia memiliki segudang prestasi. Awal tahun 80-an mengayuh sepeda dari salatiga sampai wonogiri hanya untuk mendaftar lomba lari. Tak tanggung-tanggung, marathon sejauh 42km dia menjadi yang terdepan di kelas veteran. Tak hanya wonogiri saja, hampir seluruh event lari di Indonesia selalu dia sambangi. Kuala lumpur, singapura juga pernah di lewatinya dan yang pasti juara.
- Seratus lebih medali terpajang rapi di rak yang sumbangkan oleh seseorang (dok.pri)
Pagi ini 14/6/13 saya mencoba mengulik prestasi dia yang selemari penuh. 146 medali terpajang rapi, termasuk beberapa piala dan piagam penghargaan. Itu semua belum termasuk medali dan piala yang diserahkan pada instansi sponsornya. Medali-medali itu kini menjadi saksi hidup dan kenangan masa kejayaannya.
- Setiap hari berlari 24km, kecuali hari jumat untuk berangkat menuju pangkalan becak. Seragam larinya adalah kostum dia bekerja setiap harinya (dok.pri)
Usia 77 lewat 6 bulan dia banyak mengisahkan hidupnya. Di rumah yang sederhana, itupun masih menumpang pada mertua dia mengisahkan kehidupannya. Bangun pagi, dari desa Sumber yang berjarak 12km dari pusat kota Salatiga dia berlari menuju pangkalan becaknya. Sore harinya saat pulang ke rumah, dia kembali meretas aspal dengan kedua kakinya. begitu rutinitas saban harinya, kecuali hari jum’at dia libur.
“kadang 15 ribu, 5 ribu bahkan kosong tidak narik penumpang” kata pak Darmi saat ditanya berapa penghasilan dari narik becak. Namun semangat hidupnya luar biasa dan dijalaninya dengan penuh keiklhasan. 24km sehari dilaluinya dengan berlari, dan kedua kakinya menjadi kawan yang setia menemani setiap langkahnya.
- Dia nampak senang saat ditunjukan foto-fotonya di majalah on line. Sang juru foto dan penulisnya nampak sedang berbicang bersama dia.(dok.pri)
Lukisan dia terpampang manis di majalah Exposure edisi juni tahun ini. Sebuah realita yang kiranya menjadi inspirasi generasi muda. “saya kesini tidak rekreasi, karena tidak punya duit harus berprestasi” dia berkata saat mengenang kisahnya lomba maraton di Malaysia. Gara-gara tersesat jalur lomba, dia harus merelakan podium pertama dan berbesar hari juara 2. Harapan dia sangat sederhana, ingin memiliki rumah sendiri untuk hidup bersama istri untuk menikmati masa senjanya. “sampai kapanpun aku akan terus berlari, yo ben tukang becak penting prestasi segudang” kata dia menutup obrolan saya.
wah…semangatnya itu loh hebat…
sayang ya, orang-orang seperti Pak Darmiyanto ini terlupakan oleh Pemerintah. 😦
itulah Mas…. negeri kita
Mantap liputannya, Dhave. Salut juga untuk Pak Darmi yang masih selalu bersemangat di usia senjanya.
makasih Om…
akan tetap bersemangat selalu
two thumbs up for this post! 🙂
thank mas..
ada gerakan menggalang dana untuk beliau tak?
Kita sedang usahakan
don’t give up, never fail
😀