Menjawab Kenaikan BBM dengan Evolusi

Mendekati detik-detik kenaikan BBM, seperti biasanya demonstrasi dimana-mana yang melibatkan segenap elemen masyarakat. Alibi pemerintah yang mengatasnamakan “penyelamatan APBN” dianggap mengada-ada jika mencermati analisa Pak Kwik. SUngguh lucu negeri ini dengan dagelan politik dan intelektualnya. Kembali rakyat menjadi tumbal atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, yang justru menekan rakyat hingga titik darah penghabisan.
Dampak nyata kenaikan BBM adalah ikut menyesuaikannya harga-harga dipasaran. Tak tanggung-tanggun, BBM belum naik, tetapi harga sudah mendahului naik. Kenaikan harga ini wajar-wajar saja, sebab sebagai modal saat BBM sudah naik. Trenyuh sekali disaat rakyat kecil yang tak tahu menahu urusan orang atas kini semakin tercekik kehidupannya, belum lagi buruh-buruh “OS” yang siap-siap mendapat PHK karena perusahaan juga akan mengencangkan ikat pinggang.
Apakah kenaikan BBM ini menjadi jaminan rakyat sejahtera, seperti amanat UUD45 dan Pancasila?. Apakah sekolah semakin murah, berobat gratis, hingga fasilitas umum semakin membaik?. Yang pasti pundi-pundi pejabat semakin bertambah, karena tabungan negara yang membaik. Katanya pertamina merugi sekian T, tetapi pegawainya tak ubahnya juragan minyak. Kita yang katanya kencing diatas tanah yang bawahnya timbunan minyak mentah seolah tak bisa menikmati apa-apa. Bahkan kalah dengan negara-negara yang tak memiliki sumber daya alam sekaya kita.
Alih-alih penyelamatan APBN, menyelamatkan duit rakyat yang dikemplang pejabat saja senin kemis, ibarat atlit catur suruh lari marathon. Saya mungkin tak akan ambil pusing dengan kenaikan BBM, tidak peduli dan acuh tak acuh. Percumah sepertinya dengan ikut gembar-gembor atas nama kemiskinan menolak kenaikan BBM. Dari demonstrasi, orasi, aksi teatrikal, hingga lewat tulisan dan semuanya seperti running text televisi yang hanya berjalan berluang dan timbul tenggelam.
Saya hanya mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan saja, itu adalah langkah yang terbaik daripada melakukan perlawanan yang jelas-jelas sia-sia. Saya hanya ingin membuktikan lewat rentang waktu, apa dampak positif dari kenaikan BBM?. Mengikuti konsep evolusi “survival of the fittest”, bertahan hidup dengan menyesuaikan diri. Pinter-pinternya kita menyiasati keadaan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian. Tidak mungkin setiap perubahan tidak ada kestabilan. Lambat laun pasti ada kestabilan apapun bentuknya walau harus ada yang dikorbankan.
Kita yang biasa mengalami perubahan yang dinamis, baik gejolak sektor ekonomu, politik, sosial hingga keamanan mungkin tak butuh waktu yang lama untuk mencapai kondisi yang stabil. Tak terbayangkan di negara majau yang sudah mapan, tanpa gejolak, hingga terkesan dinamika yang statis pasti akan membutuhkan waktu yang lama untuk stabil. Katakanlah sodara kita yang sudah hidup enak, makan kenyang, tidur hangat, semua terpenuhi dan serba kecukupan, tiba-tiba jatuh miskin dan sengsara, lantas apa yang terjadi..?. Bagi kita atau saya yang biasa hidup pas-pasan, tidak kerja tidak makan, tidak meras otak tak dapat duit, dan setiap hari ada perubahan, goncangan dan selalu dinamis, jika ada perubahan adalah hal yang biasa. Kira-kira demikian analoginya, jadi biasa hidup dinamis, maka akan tidak terlalu pusing menghadapi perubahan yang terjadi.
Bukan masalah peduli dan tidak peduli dengan perubahan, tetapi hakikat kehidupan adalah bagaimana tetap hidup. Urusan dengan orang lain, selayaknya kita sebagai “homo homini socius” yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Urusan dengan pemerintah, sewajarnya kita sebagai warga negara yang baik yang ikut mendukung setiap kebijakanya dan tetap mengkritisi. saya percaya “invisible hand” ala Adam Smith yang akan memperbaiki sistem yang tercerai berai karena adanya perubahan dan gejolak, hanya waktu yang bisa menjawab.
Konsekuensi logis dari naiknya BBM, setidaknya pemerintah harus bertanggung jawab penuh dan jangan hanya mengorbankan rakyat. Jangan seperti salah satu dinas yang membuat saya jengkel setiap kali setor duit “isi formulir, bayar, antri, laporkan dan awasi penggunaanya” lalu di cap “andalah orang bijak”, walau realitanya ada yang di kemplang dan diselewengkan. Saya hanya manusia biasa yang harus tetap dinamis, revolusi hingga evolusi terjadi seiring berjalannya waktu. Tak bisa berbuat apa-apa, selain berjuang untuk menyesuaikan diri saja dan lolos dari seleksi alam.

4 thoughts on “Menjawab Kenaikan BBM dengan Evolusi

Leave a reply to dhave29 Cancel reply