Ujianmu Saat Berangkat Sekolah

Kata guru saya, ada 3 hal yang paling beliau benci ”terlambat, mengantri dan menunggu” dan saat ini masih terus teringat. Saya kira kita mengamini juga apa yang menjadi kebencian guru saya tersebut. Siapa yang bisa menerima sesuatu yang terlambat, atau berdiri berlama-lama mengantri, hingga senndirian duduk termangu menunggu. 3 hal yang paling membosankan, dan banyak dijauhi orang. Banyak orang yang tidak suka dengan yang namanya terlambat, mengantri dan menunggu, tetapi tidak sedikit yang menjadi pelakunya.

Ada solusi jika tidak ingin terlambat, menunggu dan mengantri ”datang lebih awal atau tepat waktu”. Jika kita bisa mensiasati waktu, maka 3 hal yang menjengkelkan bisa kita hindari bahkan tidak ada sama sekali. Memang kata orang bijak ”indah pada waktunya”, tetapi apakah dari waktu kita bisa berpasrah dan berserah diri?, tentu tidak. Waktu kita bisa mainkan, negosiasikan, tetapi tidak bisa kita buat lebih cepat, lambat.

3 tahun menjadi pelajar SMA adalah pengalaman luar biasa selama hidup saya. Sekolah di SMA favorit dengan tingkat kedisiplan tinggi adalah tantangan bagaimana agar tidak terlambat, mengantri surat ijin masuk dari guru BK dan menunggu jam pelajaran ke-2 baru boleh masuk. Sungguh penyesalan luar biasa disaat hendak masuk pintu gerbang dan satpan sudah meniup peluit bersamaan suara bel tanda masuk dan otomatis gerbang ditutup. Negosiasi dipintu kecil lewat jendela Satpam agar bisa masuk, lalu bersilat lidah didepan guru BK dengan berjuta alasan klasik, dan jika berhasil harus menunggu sambil mengayunkan kemucing di rak-rak buku perpus sebagai hukuman tambahan.

Bangun jam 04.30 adalah hal yang wajib jika menarik garis aspal dari sekolahan hingga rumah yang berjarak 15km. Bukan masalah jarak, tetapi bagaimana menerjemahkan jarak lewat tindakan agar tidak terlambat sekolah. Jalan kaki sekian ratus meter dari depan rumah, lalu menunggu bus sambil berharap cemas. Pikiran kalut, kacau, cemas, kawatir bercampur jadi satu disaat bus yang ditunggu tak kunjung datang. Pukul 06.05 adalah jam terakhir bus lewat, jika 10 menit kemudian belum lewat maka sudah alamat terlambat atau tidak usah masuk sekalian daripada urusannya panjang. Alternatif terakhir adalah mbonek, biasa kami menyebutnya begitu yakni dengan menumpang kendaraan apa saja yang penting sampai sekolah.

Perjuangan sekolah tak semata-mata dengan peljaran, test, hingga ujian nasional, tetapi ujian sesungguhnya adalah bagaimana datang ke sekolah dengan selamat dan tidak terlambat. Bagi anak-anak kampung seperti saya, dengan transportasi yang sangat minim, maka yang paling menantang adalah saat berangkat sekolah. Kami rela bergelantungan di pintu bisa yang sudah penuh sesak dan berjalan miring. Kami rela duduk dan bertaruh nyawa diatas bis disaat pintu bis tidak ada lagi tempat pegangan dan kaki berpijak. Kami juga rela satu bak dengan truk-truk yang mengangkut hewan ternak. Lupakan sepeda motor, bagi kami itu adalah barang mewah dan yang punya hanya anak pak lurah.

Sampai sekolah dengan selamat dan tidak terlambat adalah prestasi yang bisa dikatakan melebihi juara kelas, sebab untuk menjadi rangking 1 adalah tidak boleh terlambat, antri di guru BK dan menunggu sambil dihukum bersih-bersih perpus. Tidak sedikit dari kami yang menjadi korban dari sebuah perjalanan. Jatuh dari pegangan di pintu bus adalah hal yang biasa, atau terseret gara-gara tak siap saat bus berjalan. Badan bau keringat, baju kucel adalah konsekuensi logis dari berdesak-desakan dalam lorong bis yang pengap. Inilah perjuangan dan pengorbanan agar tidak terlambat, mengantri dan menunggu.

3 tahun dengan rutinitas bergelantungan di pintu bus, berdiri di bak truk dengan sapi-sapi yang melenguh atau domba, kambing yang berisik. Setiap pagi kami berjudi, tebak-tebakan dengan penuh harapan agar bus datang dan bisa mengangkut kami. Jika jam menunjuk angka 06.15 kami masih berdiri, keputusan besar harus segera di ambil ”alpa” atau maju terus dengan resiko ”terlambat, mengantri dan dihukum”. Masa-masa yang berkesan dan terus terkenang hingga saat ini. Karakter disiplin, datang lebih awal dan tepat waktu begitu tertanam kuat sejak dibangku sekolah. Kini baru merasakan, betapa menyiksanya jika berada ditengah-tengan mereka yang seenkanya bermain dengan waktu. Mari datang lebih awal dan tepat waktu, agar terhindar dari terlambat, mengantri dan menunggu. Begitu berharganya waktu, maka hargailah.

11 thoughts on “Ujianmu Saat Berangkat Sekolah

  1. klo saya, walo jarak dekat. tp namanya di desa. kendaraan umum cm ada 1. itupun klo beruntung bisa masuk dan duduk di dalem angkot. klo sedang apes, terpaksa bergelantungan ria di pintu. klo musim ujan parah. bisa langganan telat, udah basah kuyup, kena hukuman pula. :Ddemi masuk sekolah.

  2. samsihan said: klo saya, walo jarak dekat. tp namanya di desa. kendaraan umum cm ada 1. itupun klo beruntung bisa masuk dan duduk di dalem angkot. klo sedang apes, terpaksa bergelantungan ria di pintu. klo musim ujan parah. bisa langganan telat, udah basah kuyup, kena hukuman pula. :Ddemi masuk sekolah.

    kita senasib Cak….. 😀

Leave a reply to siasetia Cancel reply