Televisi yang Mencerahkan dan Menyesatkan

Melihat tayangan televisi, makin lama bukannya terhibur malah semakin menyesatkan. Televisi sebagai perantara jendela dunia luar seolah berlomba mencari masukan iklan tanpa peduli dengan kwalitas tayangannya. Komisi Penyiaran mungkin hanya berkutat dengan pornografi dan adegan-adegan yang tidak layak ditontonton untuk kalangan tertentu, tetapi bagaimana dengan kwalitas siaran, sepertinya itu hak siar yang empunya stasiun. Mutu siaran seolah nomer sekian, yang penting tayang dulu, kalaupun tayang terkesan apa adanya tanpa materi yang berbobot.

Salah satu tayangan outdoor yang menarik adalah liputan yang menyajikan anak muda pawang segala macam binatang. Menarik, layaknya Steve Irwin dengan gagah berani menarik ekor buaya lalu mendudukinya, ular diajak bercanda lalu bergulat-gulat, dan binatang lain yang dikerjai habis-habisan. Entah apa yang dipikiran si Bocah Tengil tersebut dengan reptil-reptil tersebut. Tak kalah lucu , lagi-lagi pemuda tersebut seolah one mas show dengan skillnya, tetapi kalah cepat dengan mata kameramen yang duluan melihat keberadaan binatang. Dengan gaya layaknya animal handle, langsung diajak bercanda setiap hewan yang ada didepannya.

Tak ada informasi lebih selain menunjukan ”ini adalah ular blaa..blaa dan blaa..blaa..”, semua juga tahu itu ular. Parah lagi disaat aksinya lagi apes dan terdengar suara ”tuuut…”, suara yang disensor menandakan ada tutur kata yang kasar. Sedimikian parahkah skenario, dan editing yang ada, atau ingin menunjukan ini reality show beneran tanpa rekayasa. Jika tanpa rekaya, mengapa kameramen selalu lebih dulu tahu daripada Sang Pawang. Dimana letak sisi informatif, dan edukatif, selain atraksi jagoan menaklukan binatang yang terkulai lemas sebab dikerjai habis-habisan.

Beralih lagi ke stasiun sebelah yang menayangkan tayangan klenik yang dijadikan reality show dengan bumbu sains. Salah satu episode adalah mengungkap Kuburan Trunyan di Bali dengan mencari tahu mengapa jenazah yang hanya diletakan begitu saja tidak berbau. Bumbu mistis yang dilebih-lebihkan seolah menjadi menu pembuka, dengan gaya ala anak muda yang sok jagoan dengan seragam hitam-hitam dan head-lamp. Tidak ada informasi apa yang diungkap anak muda tersebut dalam membuka tabir sisi klenik, yang ada cuma napas ngos-ngosan dan ketakutan, serta tambahan digital imaging dan efek suara.

Tidak jelas juga tujuan dari tayangan mengungkap sisi ilmiah Trunyan. Dari hasil investigasi, disana ada pohon Tarumenyan, yang diduga mampu menyerap bau busuk. Tarumenyan yang dimaksud adalah Fisus Elastica - Moraceae, yang masih satu keluarga dengan beringin. Mendekati ahli tanaman, lalu ambil sampel daun dan akar gantungnya dan kemudian dibandingkan. Sungguh lucu dan aneh, yang namanya 1 spesies ya tetap akan sama jika dibandingkan dengan spesies yang sama, nah jika berbeda itu mungkin beda varietas, spesies, genus atau secara taksonomi berbeda. Sekumpulan anak muda yang kurang kerjaan, dengan mengutak-utik sesuatu yang konyol dengan bumbu berlebihan.

Dengan tayangan seperti itu seolah dibodohi dengan tiap sajiannya. Bukti, fakta, refrensi, pakar dan kajian ilmiah hanya secuil, itupun banyak dipangkas habis. Orang-orang yang berkompeten dibidangnya seoalah hanya penghias tayangannya saja dengan menjadi narasumber, dan mungkin akan tertawa geli jika melihat hasil tayangannya. Mungkin akan sangat berat meniru ala National Geographic yang tak tanggung-tanggung mengungkap sesuatu, tetapi ada harga yang harus dibayar. Masak anak-anak muda dengan gaya yang keren habis kalah dengan boneka kayu yang mampu menyajikan dengan cara yang sederhana namun sangat mudah dipahami tanpa ada bumbu berlebihan. Masyarakat sekarang sudah pintar menilai seberapa berkwalitasnya sajian televisi, rating…lupakan saja….

Salam

DhaVe
kk, 030511,19.00

24 thoughts on “Televisi yang Mencerahkan dan Menyesatkan

Leave a reply to dhave29 Cancel reply