Nikmatnya Gelap Mata, Kobokan Serasa Air Kelapa

Perspektif manusia kadang tidak sesui dengan kenyataan, berdasar panca indra dan pengalaman semua akan dibuktikan kebenarannya. Itulah 2 aliran filsafat, realisme dan empirisme, namun bukan filsafat yang akan dibahas, tetapi tentang pandangan mata dan kenyataan. Perut kosong adalah inspirator dan stimulator otak yang kemudian diteruskan ke mata, namun kadang mata ini sering salah lihat dan otakpun jadi hang alias ”keliahatan bodohnya”. Apa yang dilihat mata, belum tentu ada kebenarannya, sebelum 4 indra lain mengecek kebenaran lalu dilaporkan di otak.

Pulang dari sepedaan keliling dari hutan, kampung, kebun hingga melibas aspalan tentulah membuang energi yang banyak. Energi yang terbuang menimbulkan panas dan memaksa tubuh untuk mendinginkan dengan mengguyur keringat. Keringat yang terus nerocos keluar, membuat tanki air ditubuh menipis, maka hauslah yang dirasakan. Kata iklan, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dengan meminum minuman isotonik. Lha rumah saya kan desa, gak mungkin ada minuman isotonik, kalopun ada itupun gak kelas dengan dompet saya. Seperti biasa begitu sampai rumah dengan mulut dahaga, mata langsung menuju dapur. Terlihat ada kelapa terbelah, dan wuah pasti ada airnya, yang katanya berkhasiat layaknya minuman isotonik. Kebiasaan, setiap mbelah kelapa airnya ditampung dirantang, dan tanpa babibu dimeja meja makan sudah tersedia. Rasa air kelapa kali ini agak aneh, ada asem, asin, getir, dan anehlah, mungkin sudah tua kali ya kelapanya, tapi tak apalah yang penting isotonik. Nah disaat selesai nenggak, mBae yang biasa bantu beres-beres rumah cuma nyeletuk ”mas air kelapanya didekat kompor, itu air kobokan”. Wuiik.. cilaka… pantesan aneh, mau muntah udah telat dan hanya berkata ”wah rasane udah kaya mijon hahaha”.

Belum hilang rasa mual, perut kembali keroncongan dan menandakan harus diisi. Didekat meja televisi ruang tamu, ada bungkusan brownies cokelat, begitu dilirik wua sudah habis. Instink layaknya anjing pelacak muncul, dan biasanya mBaknya naruh sepotong dua potong brownies dimeja makan. Perut yang agak aneh gara-gara air kobokan, seolah meronta, namun demi brownies hajar saja. Tudung saji dibuka, wua bener masih ada 1 potong brownies, cokelat dan agak gosong, mungkin karena kecil jelek disisain buat saya. Dengan tangan diusap-usap dipantat, biar sok bersih maka comot saja sepotong brownies dalam sebuah cawan. Sikat dan hap layaknya buaya yang makan daging utuh-utuh, dan leg ”wuaaaa asiiin dan gurih”. Browniesnya rasanya aneh, masak asin dan gurih saat digigit dan dikunyah. mBae yang lagi nyapu cuma bilang ”itu trasi goreng mas yang mau dibuat sambel”. Tidak ada alasan lagi selain memuntahkan, dan mencuci mulut dalam air mengalir.

Ini akibat perspektif yang salah, yang berakibat fatal. Cukup sudah kobokan dan trasi goreng, sepintas enak begitu dinikmati, luar biasa rasanya. Belajar dari filsafat realisme yang mengajarkan fakta-fakta dan empirisme berdasar pengalaman panca indra, setidaknya memberikan peljaran, jangan percaya pada matamu, sebab masih punya 4 indra lain dan pengalaman. Selamat berhari minggu dan hati-hati gunakan matamu, terlebih lagi disaat lapar. Gelap Mata berbahaya.

Salam

DhaVe
Kamar Ademku, 26 Desember 2010

9 thoughts on “Nikmatnya Gelap Mata, Kobokan Serasa Air Kelapa

  1. rirhikyu said: *ngakak ajah dech* *tp kaga enak ngakak diatas penderitaan teman 😛

    Whuaha.ha..ha…..Q udah terpingkal-pingkal sejak kobokan..Q nggeblak pas mbak-e berkata “itu trasi…”Ha.ha..ha….Hoalah….

  2. otto13 said: Whuaha.ha..ha…..Q udah terpingkal-pingkal sejak kobokan..Q nggeblak pas mbak-e berkata “itu trasi…”Ha.ha..ha….Hoalah….

    lagi apes apa gelap mata Om hahahaha

Leave a reply to jahewangi Cancel reply