Cilaka, Pembantuku Hamil


Kata orang Jawa “Urip iku Wang Sinawang”, bisa diartikan melihat sesuatu kehidupan hanya dari sisi tertentu saja. Orang hanya melihat dari kaca mata mereka, tanpa peduli sisi lain dan mentoleransinya. Sifat penghakiman terhadap sesama tanpa melihat fakta yang ada bisa dikatakan sebagai hal yang lumrah. Seolah tanpa beban mengetokan palu justifikasi dan menjadikan seseorang dimeja pesakitan tanpa mempelajari dan mencari solusi apa yang sebenarnya terjadi.

Ada sebuah kisah yang membuat jengkel dan gusar, disaat kecaman sosial datang bertub-tubi. Kebetulan di rumah sedang butuh orang yang bisa membantu melayani ditoko dan salon. Bisa dikatakan mencari seorang pembantu untuk ditempatkan di ruang usaha. Namanya juga salon kecantikan, maka dibutuhkan sesosok yang punya penampilan pantas dengan tempat usaha. Sesosok gadis dengan penampilan sesuai kriteria orang salon di rekrut untuk membantu operasional.

Bisa dikatakan untuk menarik pelanggan sebagai “point of interest” untuk kaum adam yang biasa mengatakan “disana pagawai salonnya cantik-cantik”, kira-kira seperti itulah. Waktu berlalu dan sudah 3 tahun salon berjalan operasionalnya tanpa ada halangan, namun ada cibiran dari masyarakat tentang kondisi personalia. “Pegawai Salon Mesti Bunting”, sebuah pernyataan dari orang luar disana. Hamil tanpa diketahui kapan menikah dan status siapa ayang si jabang bayi itulah yang menjadi persoalan.

Satu Pembantu di rekrut, beberapa bulan kemudian hamil, begitu seterusnya hingga 5 kali pergantian pembantu. Sebuah pertanyaan klise muncul, ada apa dengan mereka dan apa yang yang sebenarnya terjadi. Sempat iseng bertanya kepada mereka yang telah menjadi pesakitan dan divonis LKMD “Lamar Keri Meteng Disik” (lamar bekakangan hamil duluan). Setelah bertanya dan berdiskusi ada beberapa informasi yang menarik dan patut dicermati.

Mereka di salon mengenal apa itu kecantikan dan perawatan tubuh, sehingga membuat pesona diri semakin menarik. Ibarat kumbang betina yang sayapnya baru saja di poles dan feromon yang baru disemprotkan, maka tak sulit bagi kumbang jantan untuk mendekat. Pertemuan dua sejoli sudah terjadi dan kisah mereka berlanjut dalam transaksi balas budi. Kumbang jantan mencoba menawarkan berbagai macam fasilitas gemerlapnya kehidupan, dari mulai pulsa elektrik, pakaian yang lagi tren walau merk bajakan, dan voucher jalan-jalan dengan motor matiknya.

Penanaman kepercayaan, pemenuhan kebutuhan dan kontrak sehidup semati dalam ucapan bibir dari Kubang jantan telah terpatri dalam hati kumbang betina. Kini saatnya menikmati madu dari sari-sari bungan percintaan. Hasilnya luar biasa inti madu kenikmatan menjadi malapetaka bari mereka berdua. Zigot telah terbentuk dan yang ada adalah kata kutuk dari dua kumbang yang belum mengerti apa itu hubungan terlarang demi kenikmatan sesaat.

Bisa sedikit ditarik benang merah dari kisah diatas yaitu mereka tahu pergaulan bebas tapi tidak paham resiko dibelakangnya. Mungkin disaat mereka asyik berboncengan diatas motor matic kreditan,orang akan mengecap mereka sebagai pasangan yang mesra. Kebanggaan semu mereka dapatkan terlebih lagi bisa menjadi bukti jalinan cinta kasih mereka. Dibalik ingin menunjukan status sosial, mereka juga mendapkan ruang yang nyaman dari hubungan sepasang kekasih yang dimabuk cinta. Buah dari kebanggaan semu dan anggur asmara menjadikan mereka sedikt terlena hingga sel telur dan sperma berpelukan mesra.

Anggur asmara kini menjadi anggur pahit, dan kebanggaan menjadi kecaman. Ibarat nasi menjadi bubur, kini saatnya nasi dibuang dengan aborsi atau dijadikan bubur ayam dengan ijapsah dilembaran pernikahan. Tidak tahu siapa yang benar siapa yang salah, namun itu semua telah terjadi. Kontrol sosial dan etika pergaulan setidaknya menjadi benteng yang ampuh, dimana tembok agama acapkali sudah terkamuflase menjadi “kau Tahu yang Ku mau”. Pembelajaran seksologi setidaknya menjadi pelajaran yang serius bagi remaja yang sedang dalam fase eksponensial dalam mencari jati diri. Para kumbang jantan dan betina, seharusnya bisa belajar dari kisah-kisah teman mereka yang menjadi korban kenikmatan gesekan G-spot yang berkahir dengan malapetak zigot yang tidak diinginkan.

Salam

DhaVe

74 thoughts on “Cilaka, Pembantuku Hamil

  1. dhave29 said: Para kumbang jantan dan betina, seharusnya bisa belajar dari kisah-kisah teman mereka yang menjadi korban kenikmatan gesekan G-spot yang berkahir dengan malapetak zigot yang tidak diinginkan.

    My God,I like the rhyme, dude.:)

  2. larass said: topik menarik Om Dhave, dunia sekarang sudah semakin liar tidak hanya pembantu salon saja tapi beberapa remaja yang sedang ranum2nya pun menjadi korban si kumbang jantan. Siapa yang patut disalahkan? kita tidak ada yang tahu, karena dasarnya atas nama cinta mereka demikian tapi sayang cinta buta yang mereka agungkan alhasil yah begitulah…..sudah menjadi hal biasa masalah demikian. Anti Sex Bebas tapi kondom dibebaskan, adanya lembaga sensor film tapi ternyata film2 sekarang tak jauh dari bau SEX E SEX, adanya anti pornografi tapi pelakunya justru orang2 yg di kagumi dan disegani. siapa yang patut disalahkan?? jawabnya tak ada yang tahu karena dasarnya adalah kenikmatan kenikmatan dan kenikmatan yang berawal dari melihat, mendengar lantas ingin merasakan……hehehe maap kepanjangan…..btw boleh koreksi gak Om, banyak tulisan yang kurang huruf dan kelebihan huruf. Salam 🙂

    Terimakasih buat koreksinya mBa….yah semua harus turun tangan dan angkat kepala untuk realita ini..

  3. larass said: kalau gak salah, di Bali ada hukuman adat nya loh bagi yang hamil di luar nikah, tapi Larass kurang ngerti

    semua pasti ada hukumannya, walau hanya cemooh atau gunjingan…. dan pasti Tuhan juga gak akan tinggal diam tentunya…

  4. ndahneech said: jujur mas dhaVe….. aku…..aku bingung sama fotonya itu… hubungannya ma hamil apa yaa??? hmmm…..**banteng nubruk 1 lagi mas…

    Hahaha… ada deh pokoknya…..coba ke Merapi ntar kan tau sendiri,,,,

  5. dhave29 said: mba agnes, nanggu dosa ya hehe…

    Penuh dengan istilah Biologikeren keren kerentopik menarik ….mau bilang apa ya jadi binggungsering melihat hal seperti ini dan tidak bisa berbuat banyak atas penghakiman orang terhadap KORBAN justrunya bukan si Pelaku yang menanamkan benih spermanya, Bahkan cenderung ada pemakluman jika yang melakukan orang ternama.Entahlah harusnya sudah ada yang bernai mendobrak paradigma tersebut bukan

Leave a reply to dhave29 Cancel reply