Tak tahu persis kapan dan asal muasal vandalisme dimulai. Jika mencoba melihat jauh kebelakang, manusia purba juga sudah melakukan corat-coret dinding gua, tetapi karena berbeda masa dan peruntukan gua maka bukanlah menjadi sebuah masalah. Kembali sebentar ke belakang di saat nabi Musa menerima wahyu tentang 10 perintah Tuhan yang terukir dalam 2 loh batu “versi Alkitab”. Tulisan di 2 loh batu Tak jadi masalah juga, sebab saat itu Nabi Musa tak membawa daun papirus, lontar atau PDA. Sedikit kebelakang lagi, ditemukan beberapa prasasti dijaman kerajaan-kerajaan. Prasasti diatas sebuah bongkahan batu, bahkan sampai di ukir sedemikan rupa, tetapi itu juga tidak menjadi masalah sebab saat itu belum ada laptop dan printer.
Masa sekarang yang sudah canggih dan modern seperti ini, dimana harga alat tulis begitu murahnya, laptop dan printer bak sandal jepit, bahkan ponsel mungil juga bisa digunakan, mengapa orang masih kembali kejaman kerajaan, nabi-nabi bahkan masa prasejarah dengan menjadi Phytecantropus. saya kira orang-orang yang melakukan vandalisme bukanlah orang bodoh, sebab mereka tidak buta huruf dan bisa menggambar. Tindakan corat-coret dengan penghapus tinta, cat semprot, goresan benda tajam, atau alat-alat tulis lain menjadi pemandangan yang miris sekali tentunya.
Ditaman-taman kota, tempat wisata, gua, bebatuan bahkan sampai lereng gunung yang terjal masih saja dipenuhi manusia purba yang hidup dijaman modern. Yang menjadi pertanyaan, apakah tidak ada media untuk menulis atau mengekspresikan kreativitas orang-orang tersebut?. Sebuah dalil kemunafikan jika mengatasnamakan tidak ada media tulis, sebab kertas bukanlah daun lontar atau papirus dijaman Mesir kuno, atau kulit kambing dijaman kekaisaran China, atau batu dijaman kerajaan.
Apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari vandalisme? dari sudut pandang lain saya mencoba mengatakan “PENGAKUAN”. Sebuah pengakuan akan eksistensi seseorang, kelompok, kaum dan ditempat tersebut. Bisa dikatakan Mas Juki dan mBak Parti ingin mengabadikan pernah memadu asmara di taman dekat Petronas Tower, dengan harapan orang bisa tahu akan mereka pernah disana. Atau anak-anak sekolah yang corat-coret di candi saat sedang asyik study tour, dengan maksud nanti adik kelasnya bisa tahu kalau kakak kelasnya atau sekolahnya pernah ketempat tersebut. Banyak lagi motivasi di balik dari sebuah pengakuan dengan tindakan vandalisme.
Tulisan ini terinspirasi dari mbah Jarody Hestu
http:jarody.multiply.com/journal/item/236/PALS..vandalis_sejati?replies_read=12
Mohon dukungan dari rekan-rekan semua.
Salam
DhaVe
Selamat mendaki, Mas…Bawa pulang ceritanya ke sini
Mengosek gunung ? Hmm…Lanjutkan teman ! Gudlak 🙂
selama ini, banyak anak muda yang dengan bangga menuliskan kelompok atau group nya didinding sebagai identitas kelompoknya,….karena tak beraturan maka menjadikan pemandangan yang tak sedap…..
Iyah dhave, sering bgt kalo ke gunung ato kemana gitu, dibatu2 selalu ada tulisan ….was here ! Entah maksudnya biar org tau mereka udah nyampe disitu ato gimana? gak enak bgt dilihat…Itu mengosek gunung, maksudnya bersihin coretan2 yg udah ada?Hmmm mudah2an berhasil yah…Tapi sebetulnya yg penting jg kan menanamkan pengertian spy gak melakukan itu, ato apa difasilitasi ajah heheheheh , misal, yg mau coretmoret, ukirmengukir, tlg dikerjakan di batu ini ajah *disediakan 1 batu khusus* heheheheheh
masih di rencanakan dan dirembug manteng-mateng Sist
kaya ngosek WC aja yah…
Bethul Om Gie…Lha kalo di sepanjang jalur pendakian…”sungguh memalukan”
yeah itulah yang terjadi Sist..Mengosek; iyah….kita bersihakan tulisan-tulisan tersebut… dan memberikan sedikit pembelajaran betapa susahnya membersihkan…Kita tidak menyediakan tempat untuk corat-coret dan itu sengaja, kalau disediakan ntar bisa nular kemana-mana….
aku suka genre musiknya the vandals
malu aku …malu aku hahahahatapi bener juga ya dipucuk gunung yang terjal aja banyak terdapat coretan2 ga genah gitu, bahkan di batu2 yang dkeramatkan aja orang masih saja iseng corat coret piye jal?
Aku dukung dech dari toko, upaya ngosek gunung perangi vandalisme..
mengosek……..butuh kepedulian ekstra….kerna bukan bukan kerjaan yang ringan…
Postingan yang menarik mas,… dukung aksinya mengosek gunung untuk memerangi vandalisme ^^
2 tumbns donk…
saatnya yang belom terkontaminasi kita selamatkan dan yang sakit kita sembuhkan.. ayook…ayook.. soook gosok…
makasih Om…kalo dari toko besi; kirim thiner ama sikat kawat ya Om….
yups Om.. Gie.. langkah awal yang berat sepertinya…..tapi tidak salah jika kita coba….mariii….. bersihkan dari vandalisme….
terimakasih….. mari..mari….mari…….
Siap2 nggowo amplas yooo
mereka butuh pengakuan mereka ingin diakui mereka dengan keegoisannyadengan kesombonganya :)nice posting ELOK LIKE THIS
mereka butuh pengakuan mereka ingin diakui mereka dengan keegoisannyadengan kesombonganya :)nice posting ELOK LIKE THIS
amplas mbe sikat wojo oM mBamB…ikod yah… ikod…
yups sebuah pengakuan…. dengan cara yang salah…makasih mBak Elok…..salam
Tanggal abang ono ning endi?
masih di skedul….nanti kami kabari oM mBamb…
Sepertinya perlu disediakan media khusus ya, untuk orang2 yg hobby corat-coret biar tersalurkan hobby jahiliyahnya :))
ya di rumahnya mBah Mul dan Kipli ini mBak….
wihh… mantab, nice posting… boleh sebarkan juga, mas?
Boleh..boleh dengan senang hati…sipersilahken…tenkyu Sist…
seperti foto, mereka pengen diabadikan..tapi caranya salah
iya Om… semoga cara saya juga tidak keliru dengan mengabadikan karya mereka…..
Jaman prasejarah emang ga pernah berakhir.Banyak koq contoh perilaku jaman prasejarah yang masih berlaku hingga jaman modern ini.Contoh kecil aja, dalam menyelesaikan sebuah persoalan kecil ujug2 berakhir dengan kekerasan. Teriak mengaum, sumpah serapah kebon binatang bahasa purba yang dirangkai dalam kosakata modern dan ujung2nya buk bak buk bak buk.
masa jahiliah di era modern hehehehe :Dmungkin mereka yang terlambat atau tidak berevolusi kali… atau terjadi degradasi ovolusi
Hanya terlambat Mas..Seperti halnya gebug kecoak pakai botol obat nyamuk.Wahahaha
Hahaha…. tapi kalo gebug kecoak pake botol..setidaknya ramah lingkungan….denga konsep dan tujuan yang sama…. lha kalo anarki kan ciliko..kalo terlambat kok gak ada progresifnya sama sekali, mungkin kemunduran kali yah?
Untuk suatu progres, butuh proses, untuk menjalani proses harus belajar caranya.Balik lagi, tergantung kemauan untuk belajar.”Why dont read the manual?”Yang malas itu kan belajarnya, maunya langsung instant aja. Kalo enggak bisa, kembali pakai cara lama. Bilangnya, yang baru itu, “susah”.
hahahaha… :Dbener juga Om…. “susah’