Pelajaran dan Pengalaman Kejahatan Vs Kejahilan

Kejahatan harus dilawan dengan kebaikan, nampaknya akan menjadi cerita usang dalam beberapa momment tertentu. Ini bukan cerita heroik yang menggambarkan bagaimana melawan kejahatan dengan kebaikan, tetapi bagaimana memperlakukan sebuah kejahatan untuk sebuah pelajaran. Sebuah cerita lama yang menggelitik disaat terulang dan menimpa korban yang sama. Sedikit nakal dan tidak layak ditiru, tetapi mungkin itu yang terjadi.

Stasiun malang, disaat 5 laki-laki dengan ransel besar yang punya niat untuk menjejaki Gunung Semeru. Sampai disebuah stasiun, sepakat untuk mengisi perut disebuah warung makan sederhana. Seperti nama warungnya, sepiring makanan sederhana dengan menu; nasi, sayur dan telur dadar ditambah segelas teh panas. Makan dengan lahap, karena hampir 6 jam berjuang dijalanan besi sejajar.

“sampun Bu.. pinten sedayanipun” (sudah Bu… berapa semuanya.?) logat khas Solo keluar dari mulut. Mendengar logat yang asing, terlihat Ibu pemilik warung, sibuk menghitung ulang. “60ribu Mas… semuanya” kata ibunya. “wah dikepruk Cah” bisik seorang teman, karena setelah dihitung ulang, masing-masing porsi jatuhnya 12.000 perak, sebuah harga yang tidak wajar. Sebenarnya mau protes, tapi apa boleh buat dan akhirnya dibayar juga.

Sebelum meninggalkan warung, seorang teman ada yang numpang dikamar mandi warung. Tak berapa lama, kami keluar untuk menuju angkutan sambil senyam-senyum. Seorang kawan sambil terkekeh membuka ransel kecilnya dan busyet, ternyata di kamar mandi tadi dia ngrampok; sabun, shampoo, pasta gigi. Tak kalah dengan teman sebelahnya, “nie aku ngutil”; gelas teh anget, ama 4 sendok dan 2 garpu, sedangkan yang seorang terakhir cuma menggondol; segulung tissue dan 1 stoples permen. Dalam angkot, kami serempak tertawa
“Hahahaha…hahaha…. salahe ngepruk, gantian tak rampoook hahaha”

Kejadian terulang saat Turun dari Gunung Kerinci untuk menuju Danau Kerinci. Kali ini kami ber 5 mencarter sebuah mobil angkutan, dan disebakati harga 50 ribu pulang pergi. Tak ada rasa curiga dan aneh saat perjalanan saat itu. Saat mau pulang, Sopir angkota minta tambah 25 ribu dan mengancam untuk meninggalkan kami bila tidak mau nambah. Sempat cek-cok dan adu argumentasi, dan daripada ribut dan kami terlantar, akhirnya sepakat untuk menambah bayarnya sebesar 25 ribu.

Dalam perjalanan yang masih tersisa 1 jam lagi, terpikir dibenak apa yang bisa di ambil. Pisau lipat keluar, dan ala curanmor, sebuah sound system dalam hitungan menit sudah berpindah dalam ransel. Belum puas dengan sound system, kabel-kabel kami kacaukan dengan mengikat antar ujungnya menjadi satu. Saat turun kami, ucapkan banyak terimakasih sambil senyum dan memberi tambahan 25 ribu. “harga yang pantas untuk sebuah pengingkaran”.

Kembali di acara Back Packing dengan maksud jalan-jalan hemat. Saat menunggu bus malam, diluar ditawari sebuah harga untuk tarif antar kota antar propinsi. Nah ketika bis sudah berjalan, harga yang telah disepakati naik hampir 50%. Bus sudah masuk tol dan tidak mungkin untuk turun, mau tidak mau harus membayar. Konsistensi yang ternodai, dan membuat sebel dan jengkel selama perjalanan.

Hampir 10 jam perjalanan yang menjengkelkan, akhirnya sampai juga di kota tujuan. Sebuah perjalanan yang menjemukan, tetapi turun dengan senyuman. “makasih pak sopir, makasih pak kondektur” turun sambil melambaikan tangan “dadah…”. Sebuah selimut terselip dibalik jaket, sebagai ganti ongkos yang digelembungkan.

Bukan maksud hati untuk balas dendam, merusak, klepto atau sebuah kejahatan, tetapi hanya untuk sebuah pelajaran bagi kami untuk berhati-hati dan buat mereka untuk tidak “ngepruk”. Dalam kondisi keterbatasan dana, di “kepruk”/ tarif dilebihkan untuk sebuah kesempatan, sungguh membuat hati dongkol, dan daripada gagal ditengah jalan, sebagai pelajaran maka otak kriminal mampir di benak. Entah dosa atau tidak serasa tidak terpikirkan, yang ada hanya “perlakukan kami seperti yang lain dan tetap sesuai dengan kesepakatan”.

Sekarang kami sudah sembuh, dan dari pengalaman masa lalu, kami dapat pelajaran berharga dan berhati-hati. Tak ada kata “ngepruk” dan jiwa klepto atau ngrampok dalam setiap perjalanan, karena guru berharga yang bernama “pengalaman” telah mengajari kami banyak hal.

Maaf bagi yang kurang berkenan, hanya berbagi buat secuil pengalaman, dimana di ransel kami ada pelampung, penggorengan, kipas, dan remot AC yang belum kami ceritakan hehehe…., lain waktu dan kesempatan 😀

Salam hari Minggu

DhaVe
Kolam Ikan; 8 November 2009; 08:10

19 thoughts on “Pelajaran dan Pengalaman Kejahatan Vs Kejahilan

  1. wakakaka lucu kalo aku gak pernah cuma aku selalu nanya lho bu emang segini harganya gak salah ???heheheh tapi gak berlangsung lama karena malezzzz debat soal makananmas danang tu pengorengan buat apa ya ??? dijual lagi lumayan dapat uang buat baik wkwkwkw

  2. addicted2thatrush said: Wah.. ckck..ckck.. Dikau.. Haha

    bukan ngomporin mas,tapi bagus juga tuh cara membalasnya…wakakakakcoba ngerti aja kalo di posisi mas dhave n temen2..kalo mereka ga mulai ya ga ada kejadian begitu…eh,salah ya?huaaahaaahaaaa…

  3. addicted2thatrush said: Wah.. ckck..ckck.. Dikau.. Haha

    Semoga Tuhan mengampuni.. Hehe..Bsk kl maem di warung sederhana jgn pake bahasa jawa alus. Mending ngoko wae. Wis bu.. Piro kabeh?Untungnya saya bisa gonta ganti logat. Di manggung bisa logat manggung. Di Sl3 bs logat semarangan,di Jogja,rodo2 miriplah.. Tp sayang kalu pake bhs Indo logat jawa bagian Temanggung susah dihilangkan.. Medoknya bukan main..

  4. addicted2thatrush said: Wah.. ckck..ckck.. Dikau.. Haha

    @addic; besok yo pas belanja kamera, lumayan kan bisa ngembat lensa, slr, ya minimal tripot hehe…@agnes; yach sebagian dari sebuah perjalanan mBak…@centna; ya ada api ada asap… cuma menyesuaikan keadaan saja…hehe..@alexan; bethul mBak, logat dan bahasa bisa menjadi indikator buat jadiin korban, haha….. makane mulai belajar logat. Yang ndak saat makan di warteg gak mau pake logat tegal, ntar dikira ngeceee hehe suwun semuanya 😀

  5. addicted2thatrush said: Wah.. ckck..ckck.. Dikau.. Haha

    @sulis; lengganan cak waktu SMP tiap hari selasa jam 07-09 gara-gara gak kerjakan PR tata buku… blasss gak bisa aku… raportku abang..4, padahal matematika 9 haha… sampe sak iki yo gak iso… besar genting daripada pondasi…

  6. dhave29 said: hahaha… blas….nek gawe neraca debet kredit aja gak imbang,,,, hahaha….

    @agnes; tetep gak bisa mbak… kalao soal numpuk buku… paling dikamarku je tak sebar kalau nggak berdiri semua biar mudah kalau ngambil dan kalau balikin tinggal ditumpuk lagi… ntar biarkan adinda yang ngerapiin hehe… dasar pemalaz,,,,just guyon juga mBak…

Leave a reply to dhave29 Cancel reply